Rabu, 20 Oktober 2010

Pembesar Lima Helai Kulit Kambing Jantan

wu
gu
da
fu
Oleh: Ws. Darmadi Slamet B. Sc.

Seorang terpelajar dari Negeri Yu bernama Bai Li Xi 百里奚, terpaksa meninggalkan kampung halaman untuk merantau keempat penjuru negeri guna mengabdikan diri kepada raja muda. Pertama-tama yang dituju adalah Negeri Qi . Ia ingin menjadi pejabat, tetapi karena tiada yang memberi jalan, terpaksa hidup terlantar, hidup luntang-lantung. Suatu hari Bai Li Xi bertemu dengan seorang terpelajar bernama Jian Shu 蹇叔, yang amat terperanjat menyaksikan aura raut wajah dari Bai Li Xi yang memancarkan sinar kebajikan melalui tutur kata dan pengetahuan yang dimiliki. Ternyata ini bukan orang sembarangan, meski dengan pakaian compang-camping layaknya pengemis. Maka diajaklah Bai Li Xi tinggal bersama. Jian Shu bukanlah dari kalangan berada, mereka hidup mengembala sapi pada pagi hari dan belajar pada malam hari.

Pada tahun 686 SM, adik Qi Xiang Gong 齐襄公 yang bernama Gong Sun Wu Zhi 公孙无知, membunuh kakaknya dan naik tahta. Ia berupaya merekrut para cendekiawan. Bai Li Xi hendak berangkat ke Negeri Qi, tetapi dicegah oleh Jian Shu, karena putra mahkota yang sah dan berhak atas kedudukan Raja Muda, sehingga Gong Sun Wu Zhi tidak akan bertahan lama. Bai Li Xi yang telah lama meninggalkan kampung halaman, rindu kepada anak dan istrinya, dan ingin pulang kampong. Maka Jian Shu berkata,Saya punya sahabat seorang yang bijak bernama Gong Zhi Ji 宫之奇. Ia menjabat sebagai pembesar di Negeri Yu.” Maka Jian Shu pun menemani Bai Li Xi ke Negeri Yu dan berkenalan dengan Gong Zhi Ji, sehingga Bai Li Xi akhirnya menjadi pengikut di Negeri Yu, sedangkan Jian Shu pulang tempat asalnya.

Jin Xian Gong 晋献公 (676 - 651 SM) pada tahun pemerintahan ke-15, berhasil menaklukkan Wilayah Li Rong 骊戎. Pemimpin Suku Li Rong pun menyerahkan kedua orang putrinya yang cantik untuk dijadikan selir Jin Xian Gong sebagai syarat perdamaian. Putri sulungnya, Li Ji 骊姬, selain cantik juga terkenal dengan rayuan maut, sehingga Jin Xian Gong bagaikan kehilangan sukma dan sangat mudah dipengaruhi. Dalam upayanya menyingkirkan putera mahkota agar puteranya sendiri kelak dapat naik tahta, maka Li Ji merencanakan tipu muslihat dengan mengajukan usul kepada Jin Xian Gong agar mengirim putra mahkota Shen Sheng 申生 ke medan perang, dengan harapan agar ia gugur di medan tempur. (Shen Sheng adalah kakak tertua dari Gong Zi Zhong Er 公子重儿, yang kelak naik tahta dengan gelar Jin Wen Gong 晋文公 (636 – 628 SM), salah satu dari lima Raja Muda Pemimpin). Baca Kitab Liji IIA Tan Gong 檀弓 Bagian I Ayat 15, Negeri Guo yang terletak di Selatan Negeri Jin seringkali menyerang wilayah selatan Negeri Jin dan merampok hasil panen. Maka Jin Xian Gong pun mengutus Shen Sheng guna menumpas dan mengamankan wilayah selatan. Shen Sheng ternyata dibantu oleh pembesar Li Ke 里克 yang amat setia (yang kelak membunuh putra Li Ji yang bernama Xi Qi  guna membalas kematian Shen Sheng, putra mahkota. Baca Li Ji XXVII Fang Ji 坊記 ayat 29)

Pembesar Xun Xi 荀息 mengajukan usul bahwa Negeri Guo memiliki pasukan dan angkatan perang yang tangguh, tidaklah mudah dihadapi, agar dapat menyelamatkan putera mahkota Shen Sheng, dan memenangkan perang, diaturlah siasat dengan minta bantuan kepada Quan Rong 犬戎, yaitu suatu kelompok suku di perbatasan, dengan memberikan barang-barang hasil pertanian, tetunan, dan batu permata. Disamping itu juga mengirimkan penari-penari cantik ke Negeri Guo sebagai persembahan dalam upaya damai. Dan benar juga, Pimpinan Negeri Guo jadi senang dan tiap hari bergembira ria dengan para penari-penari cantik, dan melupakan tugas pemerintahan. Melihat keadaan ini, Pembesar Negeri Guo yang bernama Zhou Zhi Qiao 舟之 berulang kali menasehati, akan tetapi tidak didengar, bahkan diusir keluar istana, dan ditugaskan menjaga perbatasan, yaitu di Kota Xia Yang 下阳

Jin Xian Gong ingin segera menaklukkan Negeri Guo, tetapi lagi-lagi dicegah oleh Pembesar Xun Xi. Menurut Beliau saat ini belum waktunya, karena masih ada Negeri Yu. Kedua negeri ini adalah saudara dan saling bantu-membantu. Dengan satu negeri melawan dua negeri amat sulit untuk bisa menang. Sebaiknya diatur siasat pecah belah persatuan kedua negeri. Karena Raja Muda Negeri Yu terkenal tamak, maka diserahkan upeti Batu Kumala Indah dan Kuda Jantan Qu .Raja muda Negeri Yu jadi tercengang melihat persembahan dan bertanya, Bukankah ini benda-benda berharga dari Negeri Jin, mengapa diberikan kepada saya?” Oleh utusan dijawab bahwa Negeri Jin telah lama mengagumi kehebatan Raja Muda Negeri Yu, merasa segan dan hormat, sehingga tidak berani memiliki benda-benda yang berharga. “Rasanya paduka yang bijaksana lebih pantas memilikinya, dan mohon bantuan pinjam jalan untuk menghukum Negeri Guo karena telah berulang kali menyerang wilayah perbatasan Negeri Jin.” Pembesar Negeri Yu, Gong Zhi Ji 宫之奇menasehati agar jangan mengabulkan permintaan Negeri Jin, karena Negeri Guo dan Negeri Yu adalah saudara yang selama ini hidup berdampingan dengan damai, saling tolong menolong, janganlah mengingkari kesetiaan hanya gara-gara benda-benda sogokan, kalau Negeri Guo dihancurkan, Negeri Yu pun binasa. “Paduka jangan mengabulkan, karena ini jelas membahayakan Negeri Yu.” Raja Muda Negeri Yu yang sudah terpengaruh, apalagi dijanjikan segala kekayaan dan wilayah Negeri Guo akan menjadi milik Negeri Yu bila Negeri Guo ditundukkan, tidak mendengarkan nasehat Pembesar Gong Zhi Ji. Bai Li Xi yang berdiri di samping hanya diam dan menarik Gong Zhi Ji. Gong Zhi Yi dan Bai Li Xi pun pamit keluar. Gong Zhi Ji jadi amat marah kepada Bai Li Xi yang tidak turut membantu menasehati Raja Muda Negeri Yu. Bai Li Xi pun berkata, ”Kata-kata berharga disampaikan kepada orang kukuh dan tolol bagaikan mencampakkan batu kumala di jalan.” Negeri Yu dalam keadaan bahaya, Gong Zhi Ji pun mengungsi untuk menghindari malapetaka dengan mengajak Bai Li Xi, tetapi Bai Li Xi menolak dengan berkata, “Bila Anda pergi itu bijaksana tetapi berdosa, janganlah menambah dosa dengan mengajak saya.”

Jendral Li Ke 里克 berkata, “Ibu Kota Negeri Guo di Shang Yang 上阳, pintu masuk ada di Xia Yang 下阳, bila Kota Xia Yang telah kita kuasai, maka Ibu Kota Shang Yang pastilah mudah dikuasai.” Maka dikerahkan Pasukan Jin, berbaur dengan Pasukan Yu, ke Kota Xia Yang. Pembesar Negeri Guo, Zhou Zi Qiao, dari jauh nampak kedatangan Pasukan Negeri Yu dan berpikir bantuan telah tiba, karena kedua negeri memang sering saling bantu-membantu, dan pintu benteng pun dibuka lebar-lebar. Akan tetapi, begitu pasukan memasuki Benteng Xia Yang, Pasukan Jin yang dipimpin Jendral Li Ke pun segera beraksi. Kota Xia Yang dapat dikuasai dengan sepenuhnya. Pembesar Zhou Zhi Qiao pun menyerah. Jendral Li Ke pun menyatukan kekuatan pasukan dan menyerbu ke Ibukota Negeri Guo, Shang Yang. Raja Muda Negeri Guo yang tiap hari bersenang-senang dengan penari-penari cantik jadi kaget begitu ada berita perbatasan diserang oleh Kelompok Suku Quan Rong. Ia pun segera mengerahkan pasukan ke perbatasan, akibatnya Ibukota Shang Yang pun mudah dikuasai oleh Pasukan Jin. Raja Muda Negeri Guo jadi amat menyesal karena tidak mendengarkan nasehat Pembesar Zhou Zhi Qiao dan terpaksa melarikan diri. Jendral Li Ke telah berhasil menguasai Negeri Guo, mengambil harta di gudang istana, dan semuanya diserahkan kepada Raja Muda Yu, beserta para penari-penari cantik yang sebelumnya menghibur Raja Muda Negeri Guo. Akan tetapi Jendral li Ke tidak kembali ke Negeri Jin, dengan alasan sakit, pasukan ditempatkan di luar kota, kalau sudah sembuh barulah pulang.

Sebulan telah berlalu, suatu hari nampak Pasukan Besar Negeri Jin yang dipimpin oleh Jin Xian Gong, memasuki wilayah Negeri Yu, dengan alasan akan memberi bantuan. Raja Muda Negeri Yu yang telah larut dalam kegembiraan, menyambut kedatangan Jin Xian Gong yang hadir dengan alasan ingin mengucapkan terima kasih. Keesokan harinya mereka sepakat berangkat berburu. Raja Muda Negeri Yu ingin menunjukkan kebolehannya, maka dikerahkan para pengawal dan pasukan pilihan untuk menemani Jin Xian Gong berburu. Mereka berangkat pagi-pagi, saking asyiknya berburu, tak terasa hari telah senja. Tiba-tiba datang laporan bahwa terjadi kebakaran di kota, Jin Xian Gong dengan tenang berkata, paling-paling terjadi di areal perumahan rakyat, nanti juga akan dipadamkan oleh penduduk. Bai Li Xi yang berada disamping Raja Muda Yu berkata, “Saya rasakan ada yang tidak beres, Paduka sebaiknya segera kembali.” Maka Raja Muda Yu pun pamit hendak kembali ke ibukota. Di tengah-tengah jalan nampak rombongan penduduk yang mengungsi dan menyatakan bahwa benteng ibukota telah dibobol Tentara Jin. Raja Muda Negeri Yu pun tergesa-gesa sampai di depan benteng ibukota, nampak pintu tertutup rapat dijaga oleh pasukan Tentara Jin. Ketika akan menyerang, dihujani oleh anak panah, maka terpaksa mundur. Belum hilang rasa kaget dan penyesalan, datang laporan bahwa pasukan yang tertinggal di belakang telah disapu bersih, dan sebagian besar menyerah kepada Pasukan Jin. Maka ia pun berkata kepada Bai Li Xi mengapa sejak awal ia tidak mendengarkan nasehat Gong Zhi Ji dan mengapa Bai Li Xi tidak mau memberi nasehat saat itu. Bai Li Xi pun menjawab, “Kalau Paduka tidak menggubris nasehat Gong Zhi Ji, mana mungkin mau mendengarkan perkataan hamba. Hamba tetap mendampingi Paduka karena telah menduga kejadian hari ini. Malapetaka akan menimpa Paduka, bagaimanapun hamba selalu siap di sisi Paduka.” Jin Xian Gong mengetahui kecerdasan dan kebijakan Bai Li Xi, dan hendak mengangkatnya sebagai pejabat. Bai Li Xi menjawab bahwa seorang susilawan kalaupun terpaksa pergi, tidak akan ke negeri musuh, apalagi menjabat. Karena kesetiaan kepada pemimpin seumur hidup, maka Bai Li Xi menolak kedudukan dan hidup sebagai budak tawanan perang.

Qin Mu Gong 秦穆公 (659 – 629 SM) telah naik tahta enam tahun, belum memiliki permaisuri, maka diutuslah Pembesar Gong Zi Zhi 公子dengan membawa barang-barang persembahan ke Negeri Jin, guna meminang putri sulung Jin Xian Gong. Lamaran diterima, sesuai dengan adat dan kebiasaan pada jaman itu, Jin Xian Gong menyertakan balasan berupa bingkisan dan juga dayang-dayang serta budak/pelayan. Oleh karena Bai Li Xi menolak jabatan, lebih baik hidup sebagai budak, maka Bai Li Xi pun disertakan dalam rombongan budak/pelayan. Dalam perjalanan menuju Negeri Qin, Bai Li Xi berpikir secara mendalam, cita-cita ingin menyelamatkan dunia, mensejahterakan masyarakat, sayang pimpinan tidak tanggap, hidup telah terasa sia-sia, sampai usia lanjut justru terima nasib buruk sebagai budak, ini adalah penghinaan yang luar biasa. Maka Bai Li Xi pun melarikan diri menuju Negeri Song . Namun karena terhalang oleh pemeriksaan yang ketat, ia belok arah ke Negeri Chu .

Kitab Meng Zi Jilid VA ayat 9

Ban Ciang bertanya, “Ada orang berkata Pik Li Hee (Bai Li Xi) menjual diri kepada seorang pemilik ternak di Negeri Chien (Qin) dengan harga lima helai kulit kambing. Ia menjadi tukang memberi makan lembu, ia lalu dapat menarik perhatian Raja Muda Bok dari Negeri Chien (Qin Mu Gong) Dapat dipercayakah ini?”

Bingcu berkata, “Tidak, Itu tidak wajar. Itu hanya ucapan orang-orang yang suka mencari perkara saja. Pik Li Hee adalah orang Negeri Gi (Yu). Ketika utusan Negeri Cien (Jin) mempersembahkan batu kumala dari daerah Swi Kik dan empat ekor kuda dari daerah Khut untuk pinjam jalan bagi tentaranya melewati Negeri Gi (Yu) menyerbu Negeri Khik. Kiong Ci Ki (Gong Zhi Ji) memberi peringatan supaya raja menolak permintaan itu, tetapi Pik Li Hee (Bai Li Xi) tidak mau memperingatkan.”

“Ia tahu Raja Muda Negeri Gi (Yu) tidak akan mau menerima peringatan itu, maka ia pergi ke Negeri Chien (Qin). Ketika itu ia sudah berusia tujuh puluh tahun. Kalau ia tidak mengerti betapa rendahnya orang memperkenalkan diri kepada Raja Muda Bok (Qin Mu Gong) dari Chien (Qin) dengan mau menjadi tukang memberi makan lembu, bagaimanakah ia dapat dinamakan bijaksana? Kepada orang yang tidak dapat diberikan peringatan, dia tidak mau memberi peringatan. Bagaimanakah dapat dinamakan tidak bijaksana? Dia tahu Raja Muda Negeri Gi (Yu) akan mengalami kemusnahan, maka lebih dulu ia pergi. Bagaimana dapat dikatakan tidak bijaksana? Ketika di Negeri Chien (Qin) ia tahu Raja Muda Bok (Qin Mu Gong) dapat diajak berdaya-upaya, maka ia mau membantunya, bagaimana dapat dikatakan tidak bijaksana? Setelah menjadi perdana menteri di Negeri Chien (Qin), dia dapat menjadikan Raja Mudanya termasyur di dunia dan dapat dijadikan teladan orang-orang kemudian. Kalau tidak bijaksana, bagaimanakah dapat berbuat begitu? Hal menjual diri untuk menyempurnakan cita-cita rajnya, biar seorang kampung biasa, asalkan sedikit tahu kehormatan diri niscaya tidak mau melakukan. Bagaimanakah seorang bijaksana mau berbuat demikian?”

Bai Li Xi saat memasuki perbatasan Negeri Chu, ia pun ditangkap oleh penjaga perbatasan yang mencurigai yang bersangkutan adalah mata-mata, karena tidak dilengkapi oleh identitas atau dokumen perjalanan. Oleh Bai Li Xi dijelaskan bahwa sesungguhnya ia adalah orang Negeri Yu, karena negerinya telah musnah, terpaksa mengungsi. Ketika ditanya memiliki kecakapan apa, Bai Li Xi pun menjawab bahwa ia memiliki kecakapan memelihara sapi. Maka Bai Li Xi pun dibebaskan dan diberi tugas memelihara sapi. Sungguh luar biasa, sapi-sapi yang dipelihara Bao Li Xi dengan hasil sangat menakjubkan. Selain kokoh, besar, kuat, dan berbulu indah, nampak jauh lebih baik dari sapi-sapi gembala lainnya.

Hal tersebut terdengar oleh Raja Negeri Chu yang memerintah saat itu, yaitu Chu Cheng Wang 楚成王 (671 – 625 SM), maka dipanggillah Bai Li Xi menghadap, karena ia ingin mengetahui rahasia pemeliharaan sapi. Oleh Bai Li Xi dijawab bahwa cukup sederhana, yaitu memperhatikan rumput makanan, mencurahkan perhatian, hati dan jiwa menyatu dengan sapi peliharaan. Raja Chu pun sangat puas. Kalau demikian halnya, tentu bukan sapi saja, melainkan kuda-kuda perang dan kuda-kuda istana. Maka Bai Li Xi pun diberi tugas untuk memelihara kuda-kuda Raja Muda Chu Cheng Wang.

Qin Mu Gong ketika menerima utusan yang kembali dari Negeri Jin, dengan perasaan gembira memeriksa bingkisan dan daftar yang disertakan. Maka Qin Mu Gong bertanya kepada Pembesar Gong Zi Zhi, dalam daftar terdapat nama Bai Li Xi, tetapi mengapa tidak dijumpai orangnya. Oleh Gong Zi Zhi dijawab bahwa Bai Li Xi adalah mantan pejabat Negeri Yu, sebagai budak tawanan perang yang telah melarikan diri. Qin Mu Gong pun bertanya kepada Gong Sun Zhi 孙枝 yang berasal dari Negeri Jin, tentu sedikit banyak tahu perihal Bai Li Xi, dan dijawab bahwa Bai Li Xi adalah pejabat yang bijaksana dan satya, rela sebagai budak tidak mau menjabat di Negeri Jin. Qin Mu Gong jadi penasaran dan mengutus mata-mata keempat penjuru negeri untuk mencari tahu keberadaan Bai Li Xi. Tak berselang lama, mata-mata kembali dari negeri Chu mengabarkan bahwa Bai Li Xi berada di pantai laut timur memelihara kuda Raja Muda Chu. Qin Mu Gong pun siap mengirim utusan dan batu kumala serta kain sutra untuk menebus Bai Li Xi. Hal tersebut dicegah oleh Pembesar Gong Sun Zhi. “Kalau paduka menebus Bai Li Xi dengan harga tinggi, kita pasti akan gagal memperolehnya.” Qin Mu Gong menjadi heran dan bertanya mengapa. Gong Sun Zhi menjawab bahwa saat ini Bai Li Xi diberi tugas memelihara kuda Raja Muda Chu di pantai laut timur. Ini menunjukkan bahwa Raja Muda Chu tidak tahu bahwa Bai Li Xi adalah cendekiawan yang bijaksana. “Kalau Paduka menebus dengan harga tinggi, berarti memberitahu atau mengingatkan Raja Muda Chu bahwa Bai Li Xi adalah cendekiawan. Bila Raja Muda Chu tahu hal tersebut, tentu mengangkat Bai Li Xi sebagai Pejabat Negeri Chu, mana mungkin melepaskannya.” Maka Qin Mu Gong pun mengirim utusan ke Negeri Chu disertai lima helai kulit kambing jantan. “Di negeri hamba terdpat penghianat yang lari bersembunyi di negeri paduka. Hamba bermaksud menangkap kembali dan menjatuhkan hukuman sebagai peringatan bagi yang lain agar tidak berani berbuat dosa. Perkenankan hamba menebusnya dengan lima helai kulit kambing jantan.” Lima helai kulit kambing jantan adalah harga yang pantas bagi seorang budak, sesuai harga pasaran pada waktu itu, maka Raja Muda Chu pun melepas Bai Li Xi. Saat hendak dinaikkan ke kereta tawanan, penduduk pantai laut timur semua menangis, “Oh Bai Li Xi, tamatlah riwayatmu sekarang.” Sebaliknya Bai Li Xi dengan sikap tenang dan senyum menghibur menjawab, “Saudara-saudaraku, janganlah bersedih hati, tidak perlu berduka. Qin Mu Gong adalah Raja Muda yang bijaksana dan seorang susilawan. Mana mungkin menaruh dendam pada seorang budak. Kalaupun jauh-jauh datang kemari untuk mencari saya, tentu ada maksud memberi jabatan pada saya.”

Ketika rombongan telah memasuki wilayah Negeri Qin, Pembesar Gong Sun Zhi telah menyambut. Bai Li Xi dilepaskan dari kereta tahanan dan diajak menghadap Qin Mu Gong. Ketika ditanya umur berapa, Bai Li Xi pun menjawab baru berusia 70 tahun. Qin Mu Gong nampak kecewa dan berkata, “Sayang, sungguh sayang, karena telah berusia lanjut.” Bai Li Xi menjawab, “Kalau saya ditugaskan berburu binatang buas, memang tidak sanggup. Kalau duduk membicarakan urusan pemerintahan, saya masih cukup muda dan sanggup. Jaman dahulu kala, Lu Shang 呂尚(Jiang Tai Gong  姜太公 atau Jiang Zi Ya 姜子牙) memancing di tepi Sungai Wei ,berusia 80 tahun, dan diajak oleh Zhou Wen Wang 周文王, diangkat sebagai penasehat negeri, dan berhasil meletakkan batu dasar mendirikan dinasti Zhou . Hari ini hamba jumpa dengan paduka, rasanya hamba lebih muda 10 tahun dibanding Lu Shang.” Maka Bai Li Xi pun diangkat sebagai Pembesar di Negeri Qin. Oleh Penduduk Negeri Qin dikenal dengan sebutan Wu Gu Da Fu 五羖大夫 (Pembesar Lima Helai Kulit Kambing Jantan). Qin Mu Gong pernah mengabaikan nasehat Bai Li Xi, akibatnya ketika itu pasukannya dihancurkan oleh Jin Xiang Gong  晋襄公 (627 – 620 SM) (Baca Kitab Shu Jing 書經 Zhou Shu 周經 Bab XXX Qin Shi 秦誓 Maklumat Pangeran Negeri Jin). Selanjutnya Qin Mu Gong sangat mempercayai Bai Li Xi. Berkat bantuannya, Qin Mu Gong berhasil menjadi Raja Muda Pemimpin.

Kitab Meng Zi Jilid VIB ayat 6 bagian 4

“Raja Gi (Yu) yang tidak mau menggunakan tenaga Pik Li Hee (Bai Li Xi), akhirnya musnah negaranya. Raja Muda Bok dari Negeri Chien (Qin Mu Gong) yang mau memakai tenaganya dapat menjadi Raja Muda Pemimpin. Yang tidak mau memakai tenaga orang-orang bijaksana akan musnah. Kalau hanya kehilangan beberapa daerahnya saja, itu masih belum seberapa.”


---    s e l e s a i    ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar