Selasa, 11 Januari 2011

BAI ZU XIAN (MENYEMBAH LELUHUR)


Oleh: Ws. Darmadi Slamet B. Sc.

Berbakti kepada Tuhan dan berbakti kepada orang tua/leluhur adalah kewajiban umat beragama yang mana adalah rangkaian ibadah yang telah ditetapkan secara turun-temurun yang menyangkut makna suci kehidupan dan kematian yang merupakan rangkaian hidup manusia sejak lahir di dunia ini, hidup mengemban Firman, hingga ajal tiba.

Kehidupan manusia di dunia dalam iman Konfusiani yang dibangun adanya daya hidup kekal hidup illahi yang disebut SHEN, dan daya hidup duniawi yang disebut GUI, keduanya dalam perpaduan kehidupan yang harmonis, keseimbangan dan keselarasan sesuai Firman. Ibadah manusia pada dasarnya adalah bagaimana menempuh jalan suci dilandasi oleh ajaran kebajikan menjalani hidup di dunia ini dengan sebaik-baiknya, datang dan kembali kepada Tuhan selaku pencipta.

Di dalam kitab kesusilaan LI JI jilid XXIV ayat 3 tersirat bahwa manusia dijelmakan Tuhan melalui ayah-bundanya. Manusia memiliki daya hidup rokh dan nyawa (GUI & SHEN). Semangat (QI) itulah perwujudan adanya rokh (SHEN) dan kehidupan jasad (PO) itulah perwujudan adanya nyawa (GUI). Bersatunya rokh & nyawa dalam kehidupan, itulah tujuan pengajaran agama. Semua yang dilahirkan akan tumbuh dan berkembang, kemudian mengalami kematian. Yang mati itu mesti kembali kepada bumi, inilah keterkaitan dengan nyawa. Semangat itu mengembang naik ke atas memancar segala arah, itulah sari kehidupan, itulah kenyataan daripada rokh.

Bagi yang telah mengakhiri tugas hidup di dunia, maka akan terjadi nyawa meninggalkan raga, kembali ke haribaan Tuhan Yang Maha Esa. LING HUN akan menyatu di alam baka sebagai generasi terdahulu yang telah mengemban Firman Tuhan. Walaupun telah kembali ke haribaan Tuhan sebagai Khalik Sang Pencipta, bagi segenap keturunan hal tersebut tetap dikenang. Oleh karena itu persembahyangan leluhur telah menjadi ibadah sebagai CHENG YANG XIO SI - Sepenuh Iman Memupuk Cita Berbakti. Dalam mengembaranya HUN, arwah wajib disembahyangi oleh segenap anak cucu dengan penuh kesusilaan sebagai tindak lanjut sikap laku bakti, meneruskan amal ibadah kepada Tuhan, menjaga dan memperbaiki tingkah laku, serta senantiasa berdoa agar arwah leluhur dapat kembali keharibaan-Nya dalam kekekalan di sisi Tuhan. Bila arwah leluhur, LING HUN, telah menyatu ke haribaan-Nya maka disebut SHEN MING = Arwah Suci, yang mana memiliki aura bersih dan suci untuk selanjutnya membawakan berkah dan perlindungan bagi keluarga dan segenap keturunan yang bersangkutan.

Oleh karena itu sejak jaman dahulu kala di tiap rumah umat Khonghucu akan dijumpai altar tempat pemujaan leluhur yang disebut GONG BAO. Hal mana bukanlah terdorong oleh rasa tahyul, tetapi dikarenakan rasa cinta kasih terhadap leluhurnya yang telah melekat di hati sanubari dimana terjalin hubungan batin yang erat. Walaupun telah terpisah dengan kurun waktu dan jarak jauh di dalam kehidupan yang berbeda, rasa hati generasi penerus turun temurun terasa sangat dekat dengan beliau-beliau para leluhur yang sangat dikasihinya, masih mengharapkan petunjuk, bimbingan, dan perlindungan.

Sebagai ungkapan rasa kasih dan keinginan senantiasa melayani bagai saat-saat orang tua/leluhur masih tinggal serumah, maka dibuat sebuah altar pemujaan yang disebut GONG BAO atau ZU XIAN LING WEI, yang mana pada saat-saat tertentu diselenggarakan upacara suci atau ritual penghormatan bagi arwah leluhur dan sekaligus digunakan sebagai ajang temu reuni keluarga besar yang bertempat tinggal saling berjauhan untuk himpun bersama mengenang jasa-jasa kebaijikan leluhur.

Yang jelas rokh atau arwah para leluhur yang telah berada di alam XIAN TIAN akan jadi penuntun bagi segenap keluarga, sehingga tidak ada alasan yang menuduh bahwa kita memuja berhala, atau memper-Tuhan-kan suatu benda, atau bahkan ada tuduhan yang lebih keji yang mengatakan bahwa umat Khonghucu memuja setan, yang mana bisa diartikan bahwa kita generasi penerus yang melakukan pemujaan terhadap leluhur adalah keturunan setan. Sungguh sesat pemikiran demikian. Keberadaan altar leluhur di rumah keluarga sungguh besar hikmahnya, bisa membawakan kebahagiaan dan ketentraman serta perlindungan bagi keluarga yang bersangkutan.

Di dalam YI JING (Kitab Perubahan) Jilid I Babaran Rokhani tersirat pengertian XIAN TIAN atau di depan Tuhan dan HOU TIAN atau di belakang Tuhan, yang mengandung maksud petunjuk alam kehidupan sebelum kelahiran, yang non-fisik dan alam kehidupan setelah kelahiran di dunia dengan segala aspek. Dari alam XIAN TIAN rokh manusia difirmankan hidup menjelma di dunia ini, dan kepada alam XIAN TIAN rokh berpulang.

Mengerti atau mengenal makna hidup ini dan mampu mengabdi kepada manusia adalah syarat utama atau modal dasar untuk mengabdi kepada rokh dan kepada Tuhan. Dan untuk mengerti dan memahami hal setelah mati, sebelum mengabdi kepada manusia, betapa dapat mengabdi kepada rokh? Sebelum mengenal hidup, betapa mengenal hal setelah mati? (Sabda suci XI : 12). Ayat tersebut menjelaskan perihal pertanyaan murid Nabi KONG ZI yang bernama JI LU atau ZHONG YU dengan nama panggilan ZI LU yang juga berasal dari Negeri LU berusia 9 tahun lebih muda dari Nabi KONG ZI. Nabi KONG ZI memberikan pengarahan, “Engkau jangan terburu-buru membicarakan pengabdian kepada rokh, karena menjalani hidup di dunia ini terlebih dahulu hendaknya belajar mengabdi kepada manusia, yaitu mengabdi kepada atasan, ayah-ibu, dan orang yang lebih tua. Semua didasari oleh ketulusan dan penuh hormat. Rokh dan manusia walaupun di alam yang berbeda, prinsipnya hanya satu, kalau engkau dengan tulus dapat mengabdi kepada manusia, maka engkau tanpa kesulitan dapat mengabdi kepada rokh.

Saat JI LU bertanya lebih lanjut mengenai hal setelah mati, Nabi KONG ZI memberikan pengarahan lebih lanjut, “Kalau engkau ingin mengetahui hal setelah mati, maka engkau wajib mengetahui manusia waktu hidup adalah bagaimana? Manusia semasa hidup dari muda sampai tua, banyak hal yang perlu dikerjakan, banyak hal perlu menyelami hati. Tiada satupun yang tidak menurut kehendak Tuhan. Ini adalah takdir Tuhan menyertai manusia. Keempat anggota badan dan ratusan tulang dalam tubuh, kepandaian dan kebijaksanaan, tiada satupun yang tidak menurut kehendak Tuhan. Seumur hidup menjalani hidup penuh kegiatan, berjerih payah memberikan hasil. Bagaimanakah seharusnya agar hidup berarti, tidak sia-sia, tidak menyia-nyiakan karunia Tuhan. Kalau engkau sudah mengerti maksud kehidupan ini, maka engkau akan mengetahui hal setelah mati”. Inilah jawaban Nabi KONG ZI kepada muridnya agar benar-benar menegakkan Firman Tuhan.

MENG ZI berkata, “Yang benar-benar dapat menyelami hati, akan mengenal watak sejatinya. Yang mengenal watak sejatinya, akan mengenal Tuhan. Jagalah hati, peliharakan watak sejati, demikianlah mengabdi kepada Tuhan. Tentang usia pendek atau panjang, janganlah bimbangkan. Siaplah dengan membina diri. Demikianlah menegakkan Firman. (Kitab MENG ZI VII A : 1)

Menyembah leluhur atau orang tua yang telah mendahului, disamping memupuk cita berbakti, juga memperjelas silsilah keluarga yang mana merupakan petunjuk asal-usul marga dan keluarga yang bersangkutan. Terutama keberadaan altar leluhur di rumah keluarga yang disebut GONG BAO atau meja abu, sungguh besar hikmahnya, bisa menimbulkan kebahagiaan tersendiri bagi penghuni rumah tersebut. Perasaan ini bagai masih didampingi oleh orang tua/leluhur, bagaikan saat beliau masih hidup. Walaupun arwah mereka telah berada di alam XIAN TIAN, tetapi aura yang terpancar menyelimuti seisi rumah. Oleh karena itu segenap keturunan akan peroleh bimbingan dan perlindungan.

Setiap bulan saat CHU YI dan SHI WU juga saat SHENG CHEN (hari lahir) dan SI JI (hari meninggal), kita menyiapkan sesajian antara lain terdiri atas makanan yang digemari oleh leluhur/orang tua semasa hidup. Ada juga nada sumbang yang mengatakan, ”Buat apa beri makan orang mati? Buat apa beri makan setan?” Tentu yang berkata demikian karena ia belum mengerti makna penghormatan bagi leluhur.

Segala persembahyangan yang disertai sesajian adalah bentuk perwujudan rasa bakti (XIAO) kepada orang tua/leluhur, yang mana adalah hak dan kewajiban bagi segenap keturunannya. Sebagaiman ajaran agama, maka terkenal istilah:

  1. JING TIAN ZUN ZU
Artinya:    Memuliakan Tuhan menghormati leluhur

  1. SHENG YANG SI ZANG
Artinya:    Merawat semasa hidup dan mengubur/kremasi setelah meninggal dunia
Yang mana terdorong oleh rasa bakti berkewajiban merawat orang tua tidak hanya pada masa hidupnya, melainkan berkesinambungan setelah pasca hidup secara tuirun-temurun.

  1. BAI SHAN XIAO WEI XIAN
Artinya:    Ratusan kebaikan diawali oleh berbakti

Mengenai jenis sesajian, baik jumlah maupun ragam, semua disesuaikan dengan kemampuan, keadaan, atau tingkat sosial ekonomi masing-masing. Nabi KONG ZI bersabda, “Di dalam upacara, daripada mewah mencolok, lebih baik sederhana. Di dalam upacara duka, daripada meributkan perlengkapan upacara, lebih baik ada rasa sedih yang benar”. (Sabda Suci III : 4). Jadi yang terpenting adalah iman, ketulusan, dan kesungguhan hati, bukan demi tujuan pamer, gengsi sampai-sampai meributkan sarana dan peralatan sembahyang, sehingga akan membawakan berkah dan keselamatan bagi masing-masing keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar