Selasa, 11 Januari 2011

XING DAO JI DE


(MENEMPUH JALAN SUCI MEMUPUK KEBAJIKAN)
Oleh: Ws. Darmadi Slamet B. Sc.

Pada Jaman Dinasti TANG (618 – 907 M) di Desa SAN SU di Jazirah SHAN DONG, hidup 2 orang sahabat yaitu YANG GAO dan ZHU GUANG AN. Mereka melalui masa remaja dan tumbuh dewasa bersama, akan tetapi sifat dan tingkah laku mereka sungguh jauh berbeda. ZHU GUANG AN adalah anak yang rajin, berbakti kepada orang tua, siang hari sering membantu pekerjaan ladang orang tua, malam hari belajar dan menganyam topi, sepatu, dan peralatan rumah tangga lainnya. Sebaliknya, YANG GAO adalah pemuda yang berpenampilan perlente dan hidup berfoya-foya, karena kemampuan keuangan orang tuanya juga mendukung. Maka dalam masyarakat bagi orang kebanyakan, YANG GAO-lah yang patut dihormati, karena penampilannya penuh percaya diri dan seringkali mentraktir kawan-kawannya. Suatu hari YANG GAO meminjam 500 tail perak dari ZHU GUANG AN dengan alasan ada kebutuhan mendesak. Mengingat sahabat lama, ZHU GUANG AN pun meminjamkannya tanpa bertanya panjang lebar untuk keperluan apa dan tidak pula minta bukti tanda terima ataupun surat pernyataan sanggup membayar. Waktu berlalu cepat, beberapa tahun telah berlalu, uang yang dipinjam YANG GAO belum juga dikembalikan dan YANG GAO menghilang bersama keluarganya, entah pergi kemana.

Suatu ketika Desa SAN SU tertimpa bencana bertubi-tubi, diawali dengan musim kemarau panjang, kemudian banjir melanda, dan terakhir banyak perampok merajarela. Melihat keadaan sudah tidak memungkinkan untuk bertahan lagi untuk hidup layak sebagaimana sediakala, maka ZHU GUANG AN bersama anak dan istrinya mengungsi ke ibukota. Tindakan atau keputusan tersebut diambil karena mendengar sahabat lamanya, YANG GAO, kini telah menjadi pengusaha sukses di ibukota. Maka dengan perbekalan seadanya, berangkatlah mereka ke ibukota. Setiba di ibukota, mulailah mereka bertanya kepada penduduk kota perihal keberadaan YANG GAO asal Desa SAN SU. Ternyata penduduk kota dengan nada sinis menjawab, “Tidak tahu”. Dengan perasaan sedih mereka meninggalkan ibukota, karena tiada tempat dan sahabat yang dapat dijadikan tumpangan. Setelah 3 hari menjadi gelandangan, perbekalan sudah habis, maka terpaksa mengungsi keluar kota guna mencari pekerjaan, karena di ibukota nampaknya tidak ada lowongan. Saat melintasi jalan tanah di luar kota, tiba-tiba turun hujan deras, seluruh pakaian, perbekalan, dan sekujur tubuh basah kuyup. Dari jauh nampak sebuah bangunan kuno yang nampak tidak terawat, maka pergilah mereka ke bangunan tersebut. Ternyata bangunan tersebut adalah SHAN ZHUANG MIAO (Kelenteng Pemujaan bagi Malaikat Gunung). Di saat berteduh mereka menjumpai beberapa penduduk desa yang baik hati, ada yang memberikan makanan dan minuman. Bahkan keesokan harinya saat penduduk desa yang berteduh berangkat, salah seorang memberikan ZHU GUANG AN sebuah kapak agar dapat mencari nafkah sebagai penebang kayu, yang mana kayu bakar tersebut dapat dijual di kota. Maka hari-hari selanjutnya, ZHU GUANG AN pun berlalu dengan penuh perjuangan. Tiap hari naik ke lereng gunung ditemani oleh putra satu-satunya untuk mencari kayu. Dua-tiga hari kayu bakar yang dikumpulkan dijual ke kota. Sekalipun hidup sederhana nampaknya mereka amat bahagia, teringat Sabda Nabi KONG ZI, “Kaya dan berkedudukan mulia ialah keinginan setiap orang, tetapi bila tidak dapat dicapai dengan jalan suci, janganlah ditempati. Miskin dan berkedudukan rendah ialah kebencian setiap orang, tetapi bila tidak dapat disingkiri dengan jalan suci, janganlah ditinggalkan. Seorang Susilawan bila meninggalkan cinta kasih, bagaimanakah memperoleh sebutan sebagai seorang Susilawan? Seorang Susilawan, sekalipun sesaat makan, tidak melanggar cinta kasih. Di dalam kesibukan juga demikian. Bahkan di dalam topan, bencana, dan penderitaan hidup, tetap dapat mempertahankan semangat berperi cinta kasih” (Sabda Suci IV ayat 5).

Suatu hari seusai menjual kayu bakar di ibukota, ZHU GUANG AN bermaksud membeli beras dan perbekalan guna persiapan menghadapi musim dingin. Maka ketika sampai di toko beras, nampaklah seseorang yang mirip dengan YANG GAO, sahabat lama yang telah sekian tahun tidak berjumpa. Nampak orang tersebut begitu angkuh memerintah bawahan untuk angkat ini dan itu. Ketika ZHU GUANG AN mendekat dan menyapa penuh hormat, sikap YANG GAO amatlah dingin, diajak berbicarapun malas, dengan penuh keangkuhan dan seolah-olah kedatangan sahabat lama tidak berarti apa-apa. Setelah ZHU GUANG AN bercerita tentang kisah malangnya, YANG GAO dengan sinis berkata, “Itu bukan urusanku. Ini ibukota, uruslah dirimu sendiri”. Saat ZHU GUANG AN dengan penuh kerendahan hati memohon agar diberi tumpangan dan pekerjaan pun ditolak mentah-mentah. Maka ZHU GUANG AN pun habis kesabarannya, dengan nada yang sopan, sedikit menyinggung perihal pinjaman uang 500 tail perak yang mungkin bisa dikembalikan mengingat YANG GAO sekarang sudah kaya raya. Akan tetapi jawaban yang diperoleh sungguh diluar dugaan, dimana YANG GAO dengan gusar membentak, “Apa? Pinjaman apa? Kapan aku meminjam? Mana buktinya? Mana mungkin aku yang kaya raya ini meminjam uang kepada orang miskin seperti kamu? Ini kuberikan 5 tail perak dan cepat pergi. Jangan kembali lagi”. Serta merta diusir sahabat lama dengan tanpa perasaan. Mendapat perlakuan demikian, ZHU GUANG AN terpaksa pergi dengan perasaan sedih. Ia amat sedih bukan karena tidak berhasil memperoleh uang, yang patut disesalkan adalah sikap sahabat lama yang tanpa perasaan, tanpa cinta kasih, dan tanpa kebenaran. Setelah menaruh perbekalan, diambilah sebilah golok, diselipkan di balik punggung, berangkatlah ke ibukota untuk membuat perhitungan dengan YANG GAO. Mulailah ia mengatur strategi penyerangan, menunggu hari malam, dimana penjaga rumah dan para pelayan YANG GAO telah tertidur. Di malam yang sunyi saat sinar rembulan mulai menyusut, dalam JING ZUO MO ZHI (Duduk diam melakukan perenungan), “Apakah hakekat makna hidup ini? Bagaimanakah sebaiknya menjalankan kehidupan ini?” Kitab ZHONG YONG (Tengah Sempurna) Bab Utama menegaskan bahwa DAO atau jalan suci adalah hidup atau perilaku kehidupan yang selaras dengan watak sejati manusia sebagai perwujudan Firman Tuhan atas hidup manusia. Jadi hidup ini wajib menggenapkan atau melaksanakan Firman Tuhan Yang Maha Esa, bimbingan membina diri, menempuh jalan suci itulah yang dibawakan ajaran agama. Sebagai seorang yang telah memperoleh pendidikan dan mampu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur kebajikan yang mana menjunjung tinggi kebenaran, walaupun dalam keadaan terburuk, justru ini adalah ujian dan percobaan dari Tuhan Yang Maha Esa. ZHU GUANG AN setelah JING ZUO MO ZHI (Duduk diam melakukan perenungan) terhentak sadar bahwa nafsu angkara murka yang semula menguasai dirinya hampir saja mencelakakan banyak orang. Tindakan pelampiasan dengan membunuh YANG GAO bukanlah keputusan yang bijaksana, dan juga tidak menyelesaikan masalah, hanya sekedar menuruti hawa nafsu angkara murka. Akibatnya, ibu dan anak istri YANG GAO akan terlantar, demikian pula anak istri serta nama baik dirinya juga tercemar. Ini adalah perbuatan dosa yang akan memperoleh hukuman Tuhan.

Ketika fajar menyingsing, ZHU GUANG AN pun beranjak pulang. Ketika melintasi sebuah rumah, nampak seorang tua yang memegang tongkat tersenyum menyapa, “Wahai XIAN SHI (orang bijaksana), marilah mampir minum teh. Saya adalah penduduk sini. Orang memanggil saya WANG YUAN WAI”. ZHU GUANG AN terkejut, sambil menjura berkata, “Tuan tentu salah orang, saya bukanlah XIAN SHI, saya hanya seorang penebang kayu”. WANG YUAN WAI tersenyum lalu berkata, “Tidak salah, saya mengundang anda minum teh karena penasaran. Kemarin sore ketika anda lewat depan rumahku, nampak wajah tegang, dan di belakang anda diikuti puluhan iblis arwah penasaran yang memegang senjata tajam, dengan wajah bengis dan hawa pembunuh. Tetapi tadi pagi sebelum sampai disini, dari kejauhan nampak sinar pancaran aura bijaksana di wajah anda, dan di belakang anda diikuti oleh puluhan malaikat, ada yang membawa kitab dan menabuh musik, mengumandangkan Firman Tuhan, entah apa yang terjadi?” ZHU GUANG AN jadi lega, apalagi sejak kemarin siang perutnya belum terisi apa-apa, rasa haus dan lapar tidak tertahan lagi. Setelah makan tiga bakpao hangat dan minum teh, lalu menjura mengucapkan terima kasih dan bercerita perihal sahabat lamanya YANG GAO. WANG YUAN WAI pun bercerita perihal YANG GAO yang kaya akan tetapi keji, tidak berperi cintakasih, dan semena-mena. Membeli hasil pertanian murah-murah, melakukan sitem ijon, penimbunan hasil bumi, dan menjual dengan harga mencekik leher, juga sebagai lintah darat/rentenir yang mana banyak penduduk kurang senang kepadanya. Maka ZHU GUANG AN pun tertegun, pantas saja ketika bertanya perihal YANG GAO, penduduk kota bilang tidak tahu, bahkan ada yang meludah dan membuang muka setelah mendengar namanya. WANG YUAN WAI pun melanjutkan pembicaraan, “Saudara ZHU, sudikah kiranya anda menolong saya? Saya bermaksud menyewakan tempat usaha di ujung jalan, anda bisa menjual beras dan hasil bumi lainnya. Dengan demikian dapat berbuat kebajikan karena menolong penduduk. Saya sudah lama berkeinginan demikian, hanya saja karena saya sudah tua, tenaga tidak memadai lagi”. ZHU GUANG AN terkejut lalu menjawab, “Harap tuan jangan mempermainkan saya. Dari mana saya dapat modal dan uang bayar sewa?” WANG YUAN WAI pun tersenyum berkata, “Saudara ZHU, anda jangan khawatir, anda dapat menjadi guru anak saya, jadi itulah uang modal dan sewa tempat usaha, semoga usaha berjalan lancar”. ZHU GUANG AN menjawab, “Bagaimana mungkin saya yang orang kasar ini bisa menjadi guru anak tuan? Bukankah di ibukota banyak guru yang pandai”. WANG YUAN WAI pun menjawab tegas, “Sudahlah saudara ZHU, jangan bimbang dan ragu, dan jangan pula mengecewakan orang tua ini. Saya tidak salah menilai anda. Memang banyak guru pandai, akan tetapi amat sukar mendapatkan seorang yang bijaksana dan berbudi luhur seperti anda. Dari perbincangan tadi sudah nampak anda punya pengetahuan dan wawasan yang luas”. Maka ZHU GUANG AN pun memboyong anak istrinya ke ibukota. Saat berpamitan dengan penduduk desa, tak lupa menghaturkan banyak terima kasih atas pertolongan dan perhatian mereka, serta mengharapkan doa restu dan dukungan mereka.

Hari-hari selanjutnya dilalui oleh ZHU GUANG AN bersama keluarga dengan penuh kebahagiaan. Pagi hari mengurus toko beras, sore hari mengajar anaknya WANG YUAN WAI. Waktu pun cepat berlalu, setelah sekian tahun berusaha, ternyata keberuntungan berpihak kepadanya. Terdorong oleh benih-benih kebajikan yang berkembang dalam hati sanubari guna mengucap puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, maka sebagian keuntungan disisihkan guna memugar SHAN ZHUANG MIAO, dan setiap tanggal 1 dan 15 bulan Imlek, dibagikan jatah beras bagi penduduk miskin di SHAN ZHUANG MIAO. Saat itu muridnya juga telah banyak. Diantara para murid ada yang bertanya, “Mengapa guru sampai menghamburkan uang hasil jerih payah?” ZHU GUANG AN menjawab, “SHUI YOU YUAN, SHU YOU GEN (Air berasal dari sumber, pohon tegak karena akarnya). Saya sampai berhasil hari ini, semua berkat karunia Tuhan dan dukungan penduduk sekitar SHAN ZHUANG MIAO. Merekalah yang memberi pasokan barang-barang yang saya perdagangkan. Apalagi mengingat budi luhur mereka di masa lampau. Saat saya terlunta-lunta, haus, dan lapar, kedinginan diterpa hujan, saat anak saya digigit ular, dan bahkan ada yang baik hati memberikan kapak sebagai alat pencari nafkah. Bolehlah sekarang saya membalas kebaikan mereka”. ZHU GUANG AN meminta murid-muridnya untuk mengingat,  DE REN DIAN SHUI ZHI EN
(Memperoleh budi bantuan walau hanya setetes air)
XU DANA YONG QUAN ZHI BAO
(Hendaklah balas dengan sumber air berlimpah)

Atas kebaikan hati ZHU GUANG AN, maka penduduk pun membalas dengan bergotong royong membangun sebuah rumah dan gudang perbekalan. Semua ini adalah takdir kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Justru dengan gudang di daerah pedesaan, yang mana secara tidak langsung telah menyediakan lapangan kerja bagi penduduk, juga menyelamatkan segala harta ZHU GUANG AN saat banjir besar melanda. Sebaliknya justru terjadi pada YANG GAO, yang usahanya kian suram. Apalagi keputusan untuk membangun gudang dekat sungai guna mengirit biaya/ongkos buruh angkut justru berbuah malapetaka. Bencana yang terjadi tidak dapat dihindari. Dimulai dari hujan terus-menerus, barang-barang simpanan dan hasil bumi banyak yang rusak karena jamuran. Karena gudang perbekalan berada di tempat rendah, maka habislah semua diterjang banjir. Belum lagi akibat sikap angkuh, bengis dan licik, sehingga dijauhi penduduk, sehingga YANG GAO pun jatuh miskin. Sebagaimana Nabi KONG ZI bersabda, “Dengan makan nasi kasar, minum air tawar, dan tangan dilipat sebagai bantal, orang masih dapat merasakan kebahagiaan di dalammya, maka harta dan kemuliaan yang tidak berlandaskan kebenaran, bagiku laksana awan berlalu. (Walaupun terkumpul, dalam sekejab akan tercerai berai – Sabda Suci VII ayat 15).

Karena YANG GAO telah bangkrut usahanya dan simpanan hartanya pun telah habis, setelah jatuh miskin, tiada lagi upaya lain selain ikut antri jatah beras bagi orang-orang miskin di SHAN ZHUANG MIAO. Suatu hari ketika YANG GAO menunggu jatah beras bagi rakyat miskin, ZHU GUANG AN sedang datang dari kota, alangkah kagetnya melihat YANG GAO yang nampak terlunta-lunta. Terdorong oleh rasa cinta kasih yang mendalam, maka disuruhlah pembantunya mengantarkan 2 karung beras ke rumah YANG GAO. Hatinya sama sekali tidak menyimpan dendam. Dengan jiwa besar dan ketulusan agar keluarga YANG GAO dapat melewatkan musim dingin. Sebagaiman ZENG ZI berkata, “Seorang terpelajar tidak boleh tidak berhati luas dan berkemauan keras, karena beratlah bebannya dan jauhlah jalannya. Cinta kasih itulah bebannya, bukankah berat? Sampai mati barulah berakhir, bukankah jauh?” (Sabda Suci VIII ayat 7). Dengan mengamalkan kebajikan REN, YI, LI, SHI (Cinta kasih, kebenaran, susila bikajsana), yang kemudian mendatangkan XIN (Dapat dipercaya), maka ZHU GUANG AN pun hidup bahagia, dihormati penduduk desa maupun kota.

------------------------------------------------------------

1 komentar:

  1. Saya Widya Okta, saya ingin memberi kesaksian tentang karya bagus Tuhan dalam hidup saya kepada orang-orang saya yang mencari pinjaman di Asia dan sebagian lain dari kata tersebut, karena ekonomi yang buruk di beberapa negara. Apakah mereka mencari pinjaman di antara kamu? Maka Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman yang curang di sini di internet, tapi mereka tetap asli sekali di perusahaan pinjaman palsu. Saya telah menjadi korban penipuan pemberi pinjaman 6-kredit, saya kehilangan banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka.

    Saya hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang dari hutang saya sendiri, sebelum saya dibebaskan dari penjara dan teman saya yang saya jelaskan situasi saya, kemudian mengenalkan saya ke perusahaan pinjaman yang andal yaitu SANDRAOVIALOANFIRM. Saya mendapat pinjaman saya sebesar Rp900.000.000 dari SANDRAOVIALOANFIRM dengan tarif rendah 2% dalam 24 jam yang saya gunakan tanpa tekanan atau tekanan. Jika Anda membutuhkan pinjaman Anda dapat menghubungi dia melalui email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)

    Jika Anda memerlukan bantuan dalam melakukan proses pinjaman, Anda juga bisa menghubungi saya melalui email: (widyaokta750@gmail.com) dan beberapa orang lain yang juga mendapatkan pinjaman mereka Mrs. Jelli Mira, email: (jellimira750@gmail.com). Yang saya lakukan adalah memastikan saya tidak pernah terpenuhi dalam pembayaran cicilan bulanan sesuai kesepakatan dengan perusahaan pinjaman.

    Jadi saya memutuskan untuk membagikan karya bagus Tuhan melalui SANDRAOVIALOANFIRM, karena dia mengubah hidup saya dan keluarga saya. Itulah alasan Tuhan Yang Mahakuasa akan selalu memberkatinya.

    BalasHapus