Selasa, 11 Januari 2011

ZONG SHENG ZENG ZI


Oleh: Ws. Darmadi Slamet B. Sc.


Kitab DA XUE ditulis oleh ZENG ZI (CING CU) sebutan atau panggilan bagi ZENG CAN, alias ZI YU, seseorang yang berasal dari daerah WU CHANG dan berusia 46 tahun lebih muda dari Nabi KONGZI. Ketika berusia 16 tahun, ZENG ZI bersama ayahnya ZENG DIAN atau ZENG XI berguru kepada Nabi KONGZI di Negeri CHU, tempat Nabi KONGZI berada pada saat itu. Selain YAN YUAN yang meninggal dunia pada usia muda, maka tak salah jika Nabi KONGZI menaruh harapan besar pada ZENG ZI. Selain YAN YUAN tidak ada nama lain yang lebih besar di dalam jajaran murid Nabi. ZI GONG berkata perihal penilaian terhadap ZENG ZI, “Tidak ada satu bidang yang tidak dipelajari. Penampilannya sangat anggun berwibawa, kebajikannya mantap, dan kata-katanya tegas. Di hadapan para penguasa ia nampak penuh wibawa dan percaya diri. Alisnya menjulang ke atas menyiatkan seseorang yang berusia panjang”. ZENG ZI terkenal dengan semangat baktinya yang mendasari pengajaran dan pengamalan agama, baik semasa hidup orangtuanya maupun setelah orangtuanya meninggal dunia. Ia tidak dapat membacakan doa perkabungan tanpa selalu ingat kepada orangtuanya, dan tersentuh hatinya sehingga menitikkan air mata.


MENG ZI Jilid IVA Ayat 19

ZENG ZI ketika merawat ayahnya ZENG DIAN, setiap kali hidangkan makanan selalu disertai arak dan daging. Setelah selesai makan selalu bertanya untuk apakah kelebihannya. (Karena ZENG DIAN kalau merasakan suatu masakan yang lezat, ia selalu berharap tetangga juga dapat turut menikmatinya). Kalau ditanya masih adakah kelebihannya, ZENG ZI selalu menjawab, “Masih ada”. (Walaupun sesungguhnya sudah habis, ZENG ZI akan buatkan lagi). Dengan demikian hati ayahnya tentram. Setelah ZENG DIAN wafat dan ZENG ZI tua, giliran anaknya yang merawat ZENG ZI. Setiap kali hidangkan makanan juga terdapat arak dan daging. Setelah selesai makan, tidak pernah bertanya untuk apakah kelebihannya, kalau ditanya masih adakah kelebihannya, tentu dijawab, ”Sudah habis”. (Kalau anda mau akan saya buatkan lagi. ZENG ZI tidak sampai hati menyusahkan anaknya, maka tidak tega untuk minta lagi). Inilah yang dinamai sekedar merawat mulut dan tubuh. Hanya seperti ZENG ZI dapat dikatakan merawat kemauan dan cita orang tua. Kalau mengabdi kepada orangtua hendaklah seperti ZENG ZI. Oleh karena itu ZENG ZI diberi gelar ZONG SHENG, yaitu Yang Memuliakan Nabi.


Suatu sikap ZENG ZI yang menunjukkan Dapat Dipercaya telah menjadi legenda cerita rakyat yang begitu populer di kalangan etnis Tionghoa, yaitu ZENG ZI menyembelih babi.

Diceritakan suatu hari ketika ZENG ZI bersama istrinya hendak bepergian keluar rumah, maka anaknya merengek hendak ikut. Oleh ibunya dibujuklah anak kecil tersebut dengan berkata, ”Baik-baik di rumah sajalah, nanti setelah ibu pulang akan disembelihkan seekor babi dan kamu bisa makan enak”. Mendengar perkataan tersebut sang anak pun diam, tidak menangis dan tidak jadi ikut ibunya, karena terbayang makanan lezat. Sedatang dari bepergian ZENG ZI pun siap-siap menyembelih babi. Hal tersebut mula-mula dicegah oleh istrinya, ”Lho kok benar-benar mau menyembelih babi? Tadi kan hanya sekedar bujukan agar si anak jangan rewel dan merengek untuk ikut”. ZENG ZI pun berkata, ”Mendidik anak hendaknya penuh perhatian dan menanamkan sikap dapat dipercaya. Anak kecil setiap tindak-tanduknya adalah meniru perbuatan orangtuanya. Akhirnya ZENG ZI pun sungguh-sungguh menyembelih seekor babi untuk anaknya.


Diantara murid-murid ZENG ZI terdapat seorang murid yang bernama GONG MING XIAN. Murid ini pun sangat terkenal baktinya kepada orangtua, penuh kesabaran serta jujur hatinya, dalam pergaulan dan tindakan yang lemah lembut serta dapat dipercaya.
Suatu hari dimana GONG MING XIAN yang telah 3 tahun lamanya belajar pada ZENG ZI. Oleh karena murid ini mempunyai watak yang sangat pendiam, sehingga gurunya ZENG ZI sampai salah menduga, dan mengira murid ini sangat bodoh ataupun tidak serius dalam belajar, karena tidak pernah bertanya kepada gurunya tentang pelajaran maupun hal-hal lain, sehingga selama 3 tahun berlalu tiada artinya. Maka ZENG ZI memanggil GONG MING XIAN dan berkata, “Muridku, bukankah engkau telah belajar kepadaku tiga tahun lamanya? Nampaknya sudah saatnya engkau mencari guru lain yang lebih banyak ilmu pengetahuannya daripada aku”.

Mendengar perkataan gurunya, GONG MING XIAN dengan tenang menjawab, “Guruku, pendapat guru mungkin agak berbeda dengan perasaanku. Guru merasa kecewa bahwa aku belum dapat maju, sebab belum dapat menerima pelajaran yang guru berikan kepadaku, sebaliknya aku sesungguhnya merasa amat beruntung memperoleh pelajaran guru yang sedemikian baik dan berharga yang telah kudekap, kukumpulkan pelajaran itu dan tidak akan kulepaskan sekejabpun, untuk kupakai sebagai pedoman hidup”.

ZENG ZI merasa heran dengan jawaban muridnya, karena ia belum pernah merasa memberi pelajaran sesuatu pun yang baik dan berarti, maka ZENG ZI pun bertanya lebih lanjut, “Aku kurang mengerti apa yang kau maksud pelajaran yang begitu baik dan berharga. Pelajaran apakah yang pernah kuberikan kepadamu?”

GONG MING XIAN menjawab, “Mungkin guruku merasa tidak pernah memberikan pelajaran khusus bagiku, tetapi aku merasa telah menerimanya. Setiap hari selain pelajaran dari guru, yang terlebih penting adalah sikap guru sehari-hari, baik di saat duduk, berjalan, bekerja, maupun tutur kata, berbicara dengan orang lain, yang mana adalah contoh cara hidup yang susila. Apakah itu bukan merupakan suri teladan, petunjuk, dan pelajaran yang sangat baik dan berharga? Apa yang sering aku dengarkan di waktu guru sedang menerima tamu, dalam pembicaraan dan berbagai penjelasan perihal keimanan, renungan batin, dan petunjuk perilaku berlandaskan kebajikan serta perbuatan yang berguna bagi umat manusia, bukankah semua itu adalah petunjuk yang amat berharga? Itu semua telah kukumpulkan dan kusimpan dalam hati sanubari selama 3 tahun, terasa belumlah cukup”.

ZENG ZI ingin mengetahui sampai dimana muridnya GONG MING XIAN memperoleh kemajuan, lalu bertanya, “Cobalah kau terangkan pelajaran keimanan apa yang telah kau peroleh dari pembicaraanku?”

GONG MING XIAN menjawab, “Perilaku kebajikan dengan disertai tindakan yang baik, perbuatan yang benar, ucapan yang susila, sikap hormat dan rendah hati, selalu bersikap ramah dan tidak pernah merasa jemu, inilah yang guru lakukan setiap hari dan itulah yang akan kutiru, tetapi sampai sekarang rasanya aku belum mampu menjalankan semuanya, maka ijinkanlah aku berguru lebih lama lagi”.

Setelah mendengar jawaban GONG MING XIAN, ZENG ZI tertegun dan berdiri, “Oo diriku telah jauh melangkah tanpa menyadari sesungguhnya apa yang ada di belakang. Sungguh aku tidak mendengar bahwa aku memiliki murid yang begitu tekun dan teliti mengamati segala tindakanku sehari-hari. Aku masih beruntung karena TIAN menyertaiku, sehingga jauhlah diriku dari perbuatan-perbuatan tercela. Andai ada kesalahn dan kekurangan yang pernah kulakukan sehingga memalukan diriku, akupun harus menerima semua akibat dan berusaha untuk memperbaikinya. Tiada gunanya hanya bersedih dan berkeluh kesah”.

Setelah berkata demikian, ZENG ZI lalu memanggil semua murid-murid yang lain, setelah mereka semua berkumpul, ZENG ZI lalu memberikan nasehat kepada mereka, “Wahai murid-muridku sekalian, ketahuilah bahwa betapa pentingnya seseorang harus dapat menjaga dirinya, menjaga kelakuannya, terutama tugas dan tindak tanduk seorang guru yang akan ditiru oleh murid-muridnya. Bila seorang guru bertindak keliru, maka seluruh murid-muridnya akan mengikutinya, akibatnya semua akan jadi salah jalan. Bagi yang mengikuti ajaran sesat akan membahayakan dirinya. Kalau seseorang mendapat murid yang bodoh dan malas, itu masih mendingan, tetapi apabila menemukan murid yang cerdik dan teliti seperti GONG MING XIAN yang telah mencatat segala tutur kata dan tingkah laku seorang guru, aku merasa sangat beruntung”.


Selain membukukan DA XUE, karena ZENG ZI adalah murid Nabi KONGZI dari angkatan muda, yang tekun belajar dan bersungguh-sungguh, yang mampu memahami azas YI YI GUAN ZHI, yang menerima sabda langsung Nabi tentang Pembinaan Diri (Bab Utama DA XUE) dan menyusun uraiannya dalam 10 bab uraian yang terdiri dari 1753 huruf (Kecuali Bab V 134 huruf yang merupakan substitusi dari ZHU XI), ZENG ZI juga banyak menulis buku-buku petunjuk perihal upacara, antara lain yang terhimpun dalam Kitab DAI LI (Kitab upacara yang berhasil dihimpun oleh Keluarga DAI, yaitu oleh DAI DE dan DAI SHENA). ZENG ZI juga menulis Kitab Bakti atau XIAO JING.


Selain GONG MING XIAN, ZENG ZI juga memiliki banyak murid. Diantaranya adalah KONG JI alias JI SI yang memiliki bakat dan kecerdasan luar biasa, yang mana mampu menerima sabda dan ajaran Nabi KONGZI tentang keimanan dan menulis buku ZHONG YONG yang terdiri atas bab utama (Sabda Nabi KONGZI) dan 32 bab uraian yang terdiri atas 3568 huruf, yang merupakan tuntunan keimanan bagi penganut agama Khonghucu. Bab utama merupakan sabda Nabi KONGZI tentang iman hidup beragama dalam hubungan manusia – Tuhan, menjadikannya sebagai sumber keyakinan imani dan pedoman hidup. Semua ajaran Nabi KONGZI yang diterima oleh KONG JI alias ZI SI melalui ZENG ZI, diteruskan oleh muridnya yang bernama MENG ZI.


Selajutnya MENG ZI bersama para muridnya seperti GONG SUN CHOU dan WAN ZHANG menulis buku MENG ZI terdiri atas 7 Bab dan 35.377 huruf, yang mana merupakan penegasan MENG ZI dalam menjabarkan, menegakkan, meluruskan, serta melestarikan kemurnian ajaran Nabi KONGZI.


Oleh ZHU XI (1130 – 1200) pada jaman Dinasti SUNG, maka Kitab Suci RU JIAO dihimpun dalam SI SHU dan WU JING. Khusus SI SHU yang terdiri atas DA XUE, ZHONG YONG, LUN YU, MENG ZI yang merupakan untaian atau rangkaian dari ajaran Nabi KONGZI yang diturunkan ke ZENG ZI, dari ZENG ZI ke ZI SI alias KONG JI, dari KONG JI ke MENG ZI. Sekalipun XIAO JING atau Kitab Bakti yang ditulis oleh ZENG ZI tidak termasuk di dalamnya, akan tetapi isinya telah tercakup dalam DA XUE.


XIAO JING terdiri atas 18 bab yang menguraikan ajaran iman memuliakan hubungan dengan dasar sikap laku bakti (XIAO), yang boleh dikatakan adalah sendi dasar dan ciri agama dalam amal ibadah berdasar pada XIAO = bakti. Semangat memuliakan hubungan manusia dengan Tuhan dalam berbagai aspek, terutama terhadap leluhur, hingga aplikasi hubungan yang lain, baik sesama manusia, masyarakat, maupun lingkungan alam semesta.



---

Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN)
Khongcu Bio - Jl. Bisma No. 5 – Denpasar

---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar