Selasa, 11 Januari 2011

Sun Bin Turun Gunung Membalas Pang Juan


sun
bin
xia
shan
nao
pang
juan


Oleh: Ws. Darmadi Slamet B. Sc.

Bagian Pertama

Gui Gu 鬼谷 adalah sebutan suatu tempat di Yang Cheng 阳城 (sekarang propinsi He Nan 河南). Gui Gu artinya Lembah Setan. Dinamai demikian karena gunung tersebut dikelilingi oleh hutan yang lebat, penuh dengan jurang, dan tiada seorang manusia pun yang mendiaminya, penuh dengan misteri alam gaib. Tinggallah seorang pertama yang terkenal dengan sebutan Guru Lembah Setan, Gui Gu Zi 鬼谷子. Nama aslinya adalah Wang Xu 王栩. Guru Lembah Setan memiliki banyak murid. Murid-murid beliau datang dari empat penjuru negeri. Diantaranya ada Pang Juan 庞涓 dari Negeri Wei dan Sun Bin 孙膑 dari Negeri Qi .

Pang Juan yang mempelajari ilmu perang berguru lebih dari tiga tahun lamanya. Suatu hari ia pergi ke kota terdekat. Terdengarlah kabar berita bahwa Raja Negeri Wei sangat mendambakan cendekiawan yang akan diberi kedudukan tinggi dan gaji yang besar, bahkan diangkat menjadi perdana menteri. Maka Pang Juan pun hatinya tergerak ingin mempergunakan kesempatan yang berharga ini, karena ia merasa bahwa ia telah menguasai ilmu perang dan juga penduduk asli Negeri Wei, tentu Raja pasti akan menerimanya, kesempatan emas jangan disia-siakan. Hatinya jadi gelisah, khawatir Sang Guru tidak mengijinkan. Sang Guru telah mengamati tingkah laku Pang Juan yang agak lain dari biasanya, maka Sang Guru pun berujar, “Muridku, agaknya nasib keberuntungan telah tiba, mengapa engkau tidak turun gunung untuk memperoleh kekayaan, kedudukan, dan kemuliaan?”. Pang Juan pun terkejut dan amat gembira karena perkataan gurunya tepat seperti apa yang ia inginkan, hanya tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Sekarang karena gurunya telah menyebutkannya terlebih dahulu, maka Pang Juan pun menjawab, “Murid memang ingin turun gunung, apakah boleh atau tidak?”. Sang Guru menjawab, “Tolong engkau memetik setangkai bunga, saya akan meramalkan masa depanmu”. Pang Juan pun keluar untuk mencari bunga. Saat itu adalah bulan keenam, musim panas, bunga-bunga telah selesai mekar, sehingga sulit menemukan bunga, hanya ada bunga liar yang dicabut beserta akarnya. Tetapi ia berpikir ragu-ragu karena bunga tersebut nampaknya jelek, lalu dibuang, dan pergi mencari bunga lainnya. Akan tetapi amatlah sulit menemukan bunga mekar di tempat yang gersang karena musim panas. Maka Pang Juan pun kembali ke tempat semula, dipungutnya bunga yang telah dipetik dan dibuangnya semula. Oleh gurunya dikatakan bahwa bunga tersebut bernama Ma Dou Ling 马兜铃 (sejenis akar ketola (Aristolochia debilis)). “Terdapat dua belas kuntum bunga dalam setangkai, melambangkan masa kejayaan Anda. Selama 12 tahun, Anda tidak boleh ingkar dari Jalan Suci dengan mencelakai orang. Justru Anda sendiri yang akhirnya akan celaka. Jumpa kambing mulai jaya, jumpa kuda akan binasa”. Pang Juan mengucapkan terima kasih dan pamit turun gunung diantar oleh Sun Bin. Pang Juan pun berkata, “Kita adalah saudara seperguruan, bila aku jaya pasti akan mengajak serta engkau kakakku, kita bersama menikmati kaya dan mulia”. Sun Bin bertanya, “Apakah perkataan adik benar? Apakah ucapan adik dapat dipercaya?” Pang Juan menjawab, “Kalau saya ingkar janji, biarlah mati dihujani ribuan anak panah”. Sun Bin pun kembali dengan muka yang sedih. Gurunya bertanya, “Apakah engkau menyesali kepergian Pang Juan?” Sun Bin menjawab, “Perpisahan antar saudara seperguruan, mengapa tidak sedih?” Guru bertanya lagi, ”Dengan kemampuan Pang Juan, apakah akan jadi jendral besar?” Sun Bin menjawab, “Berkat bimbingan Guru sekian tahun lamanya, tiada kesulitan jadi jendral besar”. Guru menjawab, “Masih jauh dari sempurna”. Sun Bin bertanya, “Mengapa?” Guru hanya tersenyum dan tidak menjawab.

Beberapa hari kemudian Guru berkata kepada semua murid-murid, “Malam hari saya mendengar suara tikus ribut-ribut. Kalian hendaknya bergantian jaga malam untuk menghalau tikus”. Pada suatu malam ketika Sun Bin bertugas jaga malam, Gurunya menemui Sun Bin dan menyerahkan sebuah buku sambil berkata, “Ini adalah warisan kakekmu, Sun Wu 孙武, bernama Strategi Perang Sun Wu, sejumlah 13 jilid. Yang pernah dipakai oleh Negeri Wu , hanya sayang belakangan tidak lagi diperhatikan. Saya adalah sahabat kakek anda, jadi saya berhasil memperoleh buku tersebut dan memberikan uraian tambahan penjelasan”. Sun Bin dengan polos menjawab, “Saya sejak kecil telah yatim-piatu, tidak sempat terima warisan ilmu dari orang tua. Kalau Guru memiliki buku Ilmu Perang Sun Wu, mengapa tidak Guru turunkan kepada Pang Juan?” Guru pun menjawab, “Orang yang memperoleh warisan Ilmu Perang Sun Wu, bila dituntun oleh Watak Sejati-nya, digunakan dengan benar, akan memberi manfaat bagi masyarakat. Tetapi bila salah menggunakannya akan mendatangkan malapetaka. Pang Juan bukanlah orang yang benar-benar baik. Bagaimana saya bisa turunkan ilmu dari buku tersebut?” Sun Bin yang menerima buku tersebut amat rajin mempelajarinya. Siang malam tiada berhenti. Tiga hari kemudian Guru menemui Sun Bin dan meminta kembali buku tersebut. Sun Bin pun mengembalikan buku tersebut. Saat Guru menanyakan beberapa hal tentang isi buku tersebut, semua dapat dijawab dengan lancar oleh Sun Bin.

Pang Juan yang turun gunung langsung menemui Perdana Menteri Negeri Wei dan dengan lantang membeberkan ilmu perang, maka Pang Juan pun diantar menemui Raja Wei Hui Wang 魏惠王. Saat masuk istana ia berpapasan dengan juru masak istana yang sedang menghidangkan daging kambing untuk raja. Pang Juan pun amat bergembira karena sesuai pesan gurunya, “Jumpa kambing akan jaya”. Wei Hui Wang sangat kagum dengan penampilan dan tutur kata Pang Juan yang menyatakan bahwa dirinya adalah murid pilihan dari Guru terkenal di Gui Gu yang ahli strategi perang. Apa sulitnya memenangkan pertempuran bila mampu menerapkan strategi perang yang benar. Maka Raja Wei Hui Wang pun mengangkat Pang Juan menjadi panglima perang sekaligus penasehat militer. Bersama anaknya Pang Ying 庞荧 dan keponakannya Pang Cong 庞葱 dan Pang Mao 庞茅 juga diangkat sebagai Jendral Negeri Wei. Mereka setiap hari giat melatih pasukan dan memenangkan beberapa pertempuran, sehingga dapat memperluas wilayah Negeri Wei.

Bersamaan waktunya, Mo Di 墨翟 atau lebih dikenal dengan sebutan Mo Zi 墨子 dalam Perjalanan Empat Penjuru Negeri sempat singgah di Gui Gu dan menjumpai Guru Gui Gu serta Sun Bin. Dalam perbincangan dengan Sun Bin dapat diketahui bahwa Sun Bin memiliki ilmu yang tinggi dan wawasan yang luas. Mo Di pun berujar, ”Mengapa anda tidak turun gunung dan mengamalkan ilmu anda untuk kepentingan umat manusia, damai di dunia?” Sun Bin pun menjawab, “ Adik seperguruanku, Pang Juan, telah turun gunung, pergi ke Negeri Wei. Bila suatu hari dapatkan kedudukan dan perlu bantuan tenagaku, maka ia pasti akan memberi kabar”. Mo Di pun pamit meneruskan perjalanan. Ketika sampai di Negeri Wei dan menjumpai Panglima Pang Juan, dalam perbincangan dapat diketahui bahwa Pang Juan sesungguhnya sangat dangkal ilmunya, beromong besar, serta bersikap angkuh dan egois, tidak bermaksud mengajak Sun Bin. Maka Mo Di pun menghadap Raja Wei Hui Wang. Oleh Raja Wei Hui Wang yang telah lama mendengar kemasyuran nama Mo Di, Mo Di pun disambut dengan hangat. Saat mendiskusikan situasi negara dan keamanan tingkat regional, Mo Di memberikan gambaran yang jelas serta prediksi masa depan Negeri Wei. Raja pun amat bergembira dan bermaksud mengangkat Mo Di sebagai Penasehat Negeri Wei. Mo Di menolak dengan berkata, “Saya bukan apa-apanya Sun Bin, yaitu cucu dari Sun Wu, Ahli Siasat Perang, murid dari Gui Gu, kakak seperguruan dari Pang Juan. Saat ini tinggal di Gui Gu. Mengapa Baginda tidak mengundangnya kemari?” Raja Wei Hui Wang pun berkonsultasi dengan Panglima Pang Juan. Pang Juan menolak dengan alasan, “Bukannya hamba tidak mau. Hamba mengetahui kemampuan Sun Bin, tetapi Sun Bin adalah orang Negeri Qi, nenek moyang dan keluarganya semua tinggal di Negeri Qi. Walaupun menjabat di Negeri Wei, pastilah hati dan pikirannya lebih mementingkan Negeri Qi, mendahulukan Negeri Qi dan belakangkan Negeri Wei. Raja Wei Hui Wang menjawab, “Seseorang yang diutamakan adalah jiwa pengabdian menjunjung tinggi kebenaran, dengan sikap satya dan dapat dipercaya, tidak mesti harus orang negeri sendiri yang dapat dipakai”. Pang Juan pun tidak dapat membantah, terpaksa menuliskan surat untuk mengundang Sun Bin.

Utusan Raja Wei Hui Wang yang membawa emas dan batu permata disertai surat Pang Juan tiba di Gui Gu dan menjumpai Guru Gui Gu menyampaikan maksud Raja Wei Hui Wang yang ingin mengundang Sun Bin. Membaca surat Pang Juan, Guru Gui Gu jadi kurang senang, karena Pang Juan sama sekali tidak ada maksud menanyakan keadaan Guru dan saudara-saudara seperguruan lainnya. Terhadap orang rendah budi tidaklah perlu dipermasalahkan, yang sangat dikhawatirkan adalah sikap Pang Juan yang sombong, egois, suka iri, penuh rasa curiga. Kalau Sun Bin pergi apakah mungkin rukun hidup bersama? Karena yang datang mengundang Sun Bin adalah Utusan Raja, kalau ditolak terasa kurang sopan. Maka kepada Sun Bin diperintahkan agar memetik setangkai bunga agar dibuatkan ramalan masa depannya. Saat itu bulan kesembilan, musim gugur, banyak bunga mekar, akan tetapi Sun Bin merasa sayang apabila bunga lagi mekar dipetik, maka diambilkan setangkai kembang seruni yang berasal dari vas bunga di meja belajar diserahkan kepada Gurunya. Guru Gui Gu pun berujar, “Bunga ini telah dipotong, tidaklah sempurna, tetapi memiliki sifat tahan uji, embun dan salju tidak dapat merusaknya, meskipun mengalami malapetaka bukanlah hal yang naas, karena bagaimanapun juga bunga tersebut kembali ke vas bunga. Kejayaan anda adalah di tanah kelahiran”. Sun Bin pun berpamitan dengan gurunya dan mengikuti Utusan Raja ke Negeri Wei.

Saat perjumpaan dengan Raja Wei, maka Raja Wei Hui Wang menyambut dengan hangat dan berujar, “Anda adalah keturunan Sun Wu, Ahli Strategi Perang ternama. Kami undang Anda kemari mengharapkan bantuan tenaga demi kesejahteraan rakyat”. Lalu Raja berkonsultasi dengan Pang Juan, “Bagaimana kalau Sun Bin kuangkat sebagai Wakil Panglima bersama Anda menangani militer?” Maka Pang Juan pun menjawab, “Sun Bin adalah kakak seperguruan hamba. Rasanya kurang pantas kalau hanya dijadikan Wakil Panglima. Lebih baik kalau dijadikan Tamu Kehormatan. Bila benar-benar terbukti berjasa, biarlah hamba yang jadi bawahannya”. Jawaban yang diplomatis, penuh kata-kata manis, sepintas lalu memang nampak masuk akal dan wajar, karena sesungguhnya dalam hati kecil Pang Juan tersimpan rasa khawatir dan waswas bila Sun Bin dijadikan Wakil Panglima, karena akan turut membagi kekuasaan dan tanda jasa. Lebih baik seperti sekarang, sebagai Tamu Kehormatan, memiliki kedudukan, tetapi tidak memiliki wewenang. Maka Sun Bin pun tinggal di tempat Pang Juan. Pang Juan penasaran bertanya, “Apa benar ada Ilmu Perang Sun Wu? Bagaimanakah itu? Bukunya ada dimana?” Dalam berbagai kesempatan diskusi banyak hal yang tidak diketahui oleh Pang Juan, maka Pang Juan pun sering bertanya, terutama tentang Buku Strategi Perang Sun Wu. Oleh Sun Bin dijawab bahwa ia pernah diperlihatkan oleh Guru perihal buku tersebut dan hanya diberi waktu 3 hari untuk membaca, selanjutnya disimpan kembali oleh Guru. Suatu hari Raja mengundang Sun Bin dan Pang Juan ke tempat latihan pasukan dan mendiskusikan strategi perang. Saat Pang Juan mendemonstrasikan formasi pasukan tempur, Sun Bin dengan mudah dapat membaca dan menggagalkannya. Sebaliknya saat Sun Bin membuat formasi pasukan tempur, Pang Juan tidak tahu apa-apa, maka diam-diam ia bertanya kepada Sun Bin. Sun Bin pun menjawab, “ Ini adalah Dian Dao Ba Men Zhen 颠倒八门阵, Formasi Delapan Pintu Terbalik”. Ketika ditanya bagaimana cara menghadapinya, Sun Bin menjawab, “Saat musuh menyerang, formasi akan berubah menjadi Formasi Ular Panjang, Chang She Zhen 长蛇阵. Maka Pang Juan pun menjawab kepada Raja Wei perihal taktik/cara menghadapi formasi dari Sun Bin (setelah dapat jawaban bocoran). Raja Wei pun amat bergembira karena dua orang Ahli Strategi Perang berada di pihaknya. Hanya Pang Juan yang tiap hari gelisah karena Sun Bin begitu pandai, memiliki ilmu dan pengetahuan yang jauh diatasnya. Kalau tidak segera disingkirkan akan sangat membahayakan kedudukannya. Maka diam-diam Pang Juan menjalankan tipuan, akal muslihat. Suatu hari ia mendatangi Sun Bin dan berujar, “Saudaraku, Anda kini telah peroleh kedudukan yang mapan di Negeri Wei. Mengapa tidak menjemput keluargamu dari Negeri Qi kemari untuk tinggal bersama?” Sun Bin dengan sedih menjawab, “Saudaraku, walau kita adalah saudara seperguruan, telah lama kumpul bersama, Anda sesungguhnya belum begitu jelas perihal keluargaku. Saya umur 4 tahun Ibu meninggal. Saat umur 9 tahun Bapak meninggal. Jadi saya ikut Paman di Negeri Qi. Karena kekalutan politik, keluarga pun tercerai berai. Saya ikut berguru di Gui Gu. Saudara-saudara yang lain seperti Sun Ping 孙平 dan Sun Zhuo 孙卓 sekarang entah dimana?”

Beberapa bulan kemudian Sun Bin pun telah melupakan percakapan iseng di waktu senggang perihal keluarganya. Datanglah seorang desa dengan nada orang Shan Dong 山东 yang bertanya perihal Sun Bin dengan mengaku sebagai utusan kakaknya yang membawa berita ke Gui Gu. Karena tahu Sun Bin telah bertugas di Negeri Wei, maka utusan itu menyusul ke Negeri Wei menyampaikan surat yang isinya menyatakan bahwa Paman Sun Bin telah meninggal dunia. Mereka sekarang telah menetap di Negeri Qi dan mengharapkan agar Sun Bin yang telah menuntut ilmu di Gui Gu dapat kembali ke Negeri Qi agar sanak saudara dapat berkumpul kembali. Sun Bin mendapat kabar tersebut sangatlah sedih, tetapi dengaan bijaksana ia menjawab bahwa ia telah bertugas di Negeri Wei, tidak ada keinginan kembali ke Negeri Qi. “Tolong sampaikan salam kepada Sun Ping dan Sun Zhuo”. Ia juga membekali utusan itu dengan emas satu tail sebagai ongkos jalan. Utusan itupun pamit, bukannya kembali ke Negeri Qi, melainkan melaporkan kepada Pang Juan. Kiranya ini bukanlah utusan yang sebenarnya, melainkan orang suruhan Pang Juan yang ingin menjebak Sun Bin. Lalu mengarang surat balasan yang isinya menyatakan bahwa walaupun Sun Bin sekarang bertugas di Negeri Wei, hatinya tetap orang Qi, sangat rindu kampung halaman, ingin berbakti kepada negeri Qi, negeri leluhur. Dengan membawa surat yang telah dipalsukan, maka Pang Juan pun menghadap Raja Wei Hui Wang dengan alasan terpaksa melaporkan pengkhianatan Sun Bin karena curiga pada tingkah lakunya. Benar saja, berhasil menangkap Utusan Negeri Qi dan setelah digeledah didapatkan surat yang demikian, Raja Wei Hui Wang pun gelisah. Pang Juan menambahkan, “Kakek Sun Bin yang bernama Sun Wu pernah menjadi Panglima Negeri Wu, namun akhirnya kembali juga mengabdi pada Negeri Qi. Negeri leluhur tidak mungkin dilupakan. Baginda mempekerjakan Sun Bin, tetapi hatinya tetap condong ke negeri Qi. Bagaimana ia akan berusaha sekuat tenaga? Bagaimanapun juga daripada ia lari dan dimanfaatkan oleh Negeri Qi, akan mengakibatkan kerugian besar, bahkan malapetaka bagi Negeri Wei”. Raja Wei Hui Wang menjawab, “Bagaimanapun kehadiran Sun Bin adalah atas undangan saya. Kalau tanpa bakti yang jelas saya jatuhkan hukuman, rakyat atau penduduk empat penjuru negeri akan menyalahkan saya karena bertindak tidak bijaksana, tidak menghargai para cerdik-cendekiawan”. Pang Juan pun setuju untuk sementara akan dilakukan pengawasan yang ketat pada Sun Bin dan dilakukan cekal, tidak boleh bepergian. Pang Juan meninggalkan istana dan menjumpai Sun Bin, pura-pura bertanya, “Saya dengar Kakak dapat kabar dari kampung halaman. Bukankah menggembirakan?” Sun Bin adalah seorang yang jujur dan penuh kepolosan. Ia berujar, “Saudaraku di Negeri Qi menghendaki aku pulang kumpul bersama”. Pang Juan pun berkata, “Perasaan saudara yang telah lama berpisah memang susah membendung rasa kangen. Kakak kiranya dapat mengajukan cuti barang satu atau dua bulan, kembali ke kampung halaman untuk membersihkan kuburan leluhur, lalu kembali ke Negeri Wei”. Sun Bin menjawab, “Kalau Baginda curiga dan tidak mau mengizinkan bagaimana?” Pang Juan mengatakan bahwa dirinya akan siap membantu dengan membujuk Raja, Raja pasti mengizinkan. Maka malam harinya Pang Juan pun menemui Raja Wei Hui Wang dan melaporkan perihal Sun Bin yang diam-diam menjalin hubungan dengan Utusan Negeri Qi dan bermaksud melarikan diri. Ia mengetahui dirinya dicekal, maka akan mengajukan ijin cuti akan pergi ke Negeri Qi. Benar juga, keesokan harinya Sun Bin menghadap ke istana dan mengajukan izin cuti. Raja Wei Hui Wang pun murka dan perintahkan agar Sun Bin ditahan, dijatuhi hukuman mati sebagai pengkhianat. Atas prakarsa Pang Juan, hukuman dapat diperingan, yaitu dengan memotong kedua tempurung lutut, jadi orang cacat, seumur hidup tidak bisa bepergian. Sun Bin telah menjadi orang cacat, juga telah kehilangan jabatan, hidupnya tergantung pada Pang Juan, yang nampaknya berbaik hati dan bersimpati atas penderitaannya. Maka Sun Bin pun membalas kebaikan budi Pang Juan dengan menuliskan Strategi Perang Sun Wu atau Sun Wu Bing Fa 孙武兵法 .

Suatu hari Pang Juan memanggil pelayan yang melayani Sun Bin dan bertanya, “Bagaimana hasil penulisan Strategi Perang?” Pelayan menjawab, “Sun Bin adalah orang yang cacat kedua kakinya. Lebih banyak tidur daripada duduk karena kurang leluasa. Setiap hari hanya menulis dua atau tiga alinea”. Pang Juan jadi marah dan berkata, “Kalau pelan begini, kapan bisa selesai? Tolong dipercepat”. Pelayan jadi kurang mengerti dan bertanya kepada orang dekat Pang Juan, “Mengapa Panglima jadi tidak sabaran?” Oleh orang dekat Pang Juan justru ditertawai, “Dasar orang goblok. Kamu tidak tahu apa-apa. Panglima dan Sun Bin, walaupun saudara seperguruan, sesungguhnya saling bertentangan. Nyawa Sun Bin diampuni sesungguhnya demi memperoleh Buku Strategi Perang Sun Wu. Kalau sudah dapat maka Sun Bin pun segera dieksekusi. Tapi ini rahasia, jangan sampai bocor”. Pelayan yang setiap hari melayani Sun Bin merasa amat simpati pada penderitaan Sun Bin. Maka ia pun menyampaikan rahasia tersebut. Sun Bin pun kaget. Kiranya Pang Juan berbuat demikian ada maksud tertentu. Perbuatan yang amat keji. Kalau tidak menulis, Pang Juan pasti marah dan menyiksanya, entah apa yang harus diperbuat? Tiba-tiba ia teringat pesan gurunya saat turun gunung. Gurunya memberikan satu kantong bersulam dan berpesan, “Kalau keadaan mendesak barulah boleh dibuka”. Maka Sun Bin pun membuka kantong bersulam dan terdapat tulisan Zha Feng Mo 诈疯魔 (Siasat Iblis Gila). Maka ketika malam hari tiba, saat pelayan menghidangkan santapan malam, Sun Bin pun “ngamuk” sambil berteriak, “Kamu kok mau meracuni saya?” kemudian menangis dan tertawa. Pelayan cepat-cepat melapor kepada Pang Juan, maka Pang Juan pun bingung menyaksikan keadaan Sun Bin. Dengan penuh curiga, Sun Bin dilemparkan ke kandang babi serta mengutus orang untuk pura-pura baik kepada Sun Bin. Mengetahui dirinya diawasi ketat, Sun Bin pun lebih waspada. Saat makanan dicampur kotoran anjing, Sun Bin pun makan, sambil tertawa, kadang menangis, ataupun berteriak. Benar-benar bertingkahlaku seperti orang gila, berpakaian kumal, rambut terurai, kadang-kadang merangkak keluar ke pasar berbicara sendiri.

Suatu ketika Mo Di tiba di Negeri Qi dan tinggal di rumah pembesar Tian Ji 田忌. Muridnya Qin Hua 禽滑 baru kembali dari Negeri Wei dan melaporkan perihal Sun Bin yang telah dihukum potong tempurung lutut sehingga jadi orang cacat bahkan sekarang jadi gila. Mo Di mendengar kabar tersebut amat berduka dan menyesal. Mestinya bisa mengorbitkan Sun Bin, tak disangka Pang Juan berhati kejam. Maka hal tersebut dilaporkan kepada Tian Ji. Tian Ji pun menghadap Raja Qi Wei Wang 齐威王 dan Raja berkata, “Negeri kita memiliki orang pandai, tetapi malah teraniaya di negeri orang. Bagaimana kalau kita kirim pasukan ke Negeri Wei untuk menyelamatkan Sun Bin?” Tian Ji pun menjawab, “Pang Juan tidak bisa menerima kehadiran Sun Bin di negerinya. Bagaimana ia dapat membiarkan Sun Bin bertugas di Negeri Qi? Kalau ingin menjemput Sun Bin, pakailah siasat. Jangan sampai bocor karena justru dapat membahayakan nyawa Sun Bin”. Maka Raja Qi Wei Wang pun mengirim utusan Chun Yu Kun 淳于髡 untuk mempersembahkan teh ke Negeri Wei. Chun Yu Kun menerima titah Raja berangkat selaku utusan yang memimpin rombongan mengantarkan persembahan teh ke Negeri Wei. Murid Mo Zi yang bernama Qin Hua juga turut serta dalam rombongan dengan menyamar sebagai pelayan. Raja Wei Hui Wang menerima baik Utusan Negeri Qi dan menempatkan mereka di Wisma Tamu Negara untuk bermalam. Qin Hua diam-diam menyelinap keluar di saat tengah malam sepi, tiada manusia lewat. Ia menghampiri Sun Bin dan berkata, “Menteri Sun, sampai demikian malang nasibmu. Saya adalah murid Mo Zi yang bernama Qin Hua. Utusan Chun Yu Kun datang ke Negeri Wei sesungguhnya bukanlah untuk urusan persembahan teh, melainkan untuk menyelamatkan Menteri Sun dan membalas dendam atas pemotongan tempurung lutut Sun Bin. Sun Bin pun terharu, “Tak disangka saya masih ada peluang hidup. Saya kira saya akan mati di selokan. Tapi Pang Juan penuh akal tipu muslihat, kita tidak gampang bisa lolos”. Qin Hua pun menjawab, “Jangan khawatir, semua telah direncanakan dengan matang”. Maka salah seorang pengikut rombongan berganti pakaian Sun Bin dengan rambut terurai dan muka diolesi lumpur, bertingkahlaku seperti Sun Bin, sedangkan Sun Bin disembunyikan dalam kereta barang. Keesokan harinya rombongan pengantar teh berpamitan dengan Raja Wei Hui Wang, bahkan diantar oleh Pang Juan meninggalkan Ibukota Wei. Ketika rombongan memasuki wilayah Negeri Qi, Pembesar Negeri Qi, yaitu Tian Ji, telah menyambut dan diantar ke hadapan Raja Qi Wei Wang. Oleh Raja Qi Wei Wang, Sun Bin hendak diangkat sebagai Panglima Besar. Namun Sun Bin menolak dengan alasan belum berjasa bagi negeri, sehingga ia tidak berani menerima kedudukan. Untuk sementara Sun Bin  berdiam di rumah Tian Ji sebagai Tamu Kehormatan.

Raja Qi Wei Wang memiliki kegemaran pacuan kuda dan lomba memanah. Pembesar Tian Ji dapat dikatakan hampir tidak pernah menang dalam perlombaan pacuan kuda yang kadang-kadang disertai taruhan uang dalam jumlah yang besar. Suatu hari Tian Ji mengajak Sun Bin hadir pada arena pacuan kuda, dimana dalam tiga babak, kuda Tian Ji semuanya dikalahkan oleh kuda-kuda Raja Qi Wei Wang. Sun Bin menyaksikan bahwa sesungguhnya hanya kalah dalam jarak yang sedikit, maka ia pun tersenyum dan berkata kepada Tian Ji, “Besok Tuanku lawan lagi pasti menang”. Tian Ji hanya tersenyum pahit berkata, “Bagaimana mungkin? Tiap kali pembelian kuda, Raja Qi Wei Wang yang dapat prioritas utama. Kuda-kuda kita bukan tandingan kuda-kuda Raja”. Sun Bin hanya tersenyum, “Coba katakan pada Raja, pacuan kuda kita ulang sekali lagi besok. Pembesar pasti menang”. Raja pun menyetujuinya. Kali ini taruhan dilipatgandakan menjadi ribuan tail emas dan rakyat yang menonton pun bertambah banyak. Tian Ji lalu bertanya, “Bagaimana taktik strategi yang akan Tuan jelaskan? Tuan jangan main-main, kali ini taruhannya ribuan tail emas”. Sun Bin pun tersenyum menjawab, “Dalam pacuan kuda dikenal tiga babak. Masing-masing babak diwakili oleh kuda kategori kelas I, II, dan III. Nanti coba pasangkan kuda kelas III melawan kuda kelas I Raja, kuda kelas I melawan kuda kelas II Raja, dan kuda kelas II melawan kuda kelas III Raja. Walaupun kalah satu, kita masih bisa menang dua. Hitung-hitung kita masih menang”. Keesokan harinya pacuan kuda dimulai, maka Tian Ji memasang kuda kelas III melawan kuda kelas I Raja, ternyata kalah dan selisihnya cukup jauh. Raja pun menertawakan Tian Ji. Sedangkan Tian Ji yang telah memiliki persiapan mental hanya tersenyum, tenang untuk melanjutkan babak kedua dan ketiga. Ternyata dalam taruhan, Tian Ji memenangkan banyak uang, hitung-hitung sebagai tebusan atas segala kekalahan sebelumnya. Raja jadi penasaran dan bertanya, “Darimana Pembesar Tian Ji dapatkan kuda-kuda bagus yang dapat mengalahkan kuda-kuda saya?” Tian Ji pun menjawab, “Kemenangan hari ini sesungguhnya bukan terletak pada kemampuan kuda-kuda hamba, melainkan taktik jitu yang diterapkan oleh Sun Bin”. Maka Raja Qi pun tersenyum membalas, “Dari hal sepele begini dapat diketahui kemampuan Sun Bin yang luar biasa”.



bersambung…


sun
bin
xia
shan
nao
pang
juan

Sun Bin Turun Gunung Membalas Pang Juan
Oleh: Ws. Darmadi Slamet B. Sc.

Bagian Kedua

Pang Juan 庞涓 sejak jadi Panglima Perang Negeri Wei telah memenangkan beberapa kali pertempuran dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan Negeri Wei. Suatu hari Pang Juan mengusulkan kepada Raja Wei Hui Wang 魏惠王 agar menyerang Negeri Zhao . Maka Raja pun menyetujuinya dengan mengirimkan 500 kereta perang untuk menyerang Han Dan 邯郸. Penjaga Han Dan yang telah beberapa kali kalah dalam pertempuran, terpaksa mohon bantuan Negeri Qi . Raja Qi Wei Wang 齐威王 tahu kemampuan Sun Bin 孙膑. Ketika hendak diangkat sebagai Panglima, Sun Bin menolak, “Hamba adalah orang cacat. Bagaimana dapat jadi pemimpin tentara? Kalau toh diangkat, akan jadi bahan tertawaan orang. Apakah Negeri Qi kekurangan orang?” Maka Raja Qi pun mengangkat Pembesar Tian Ji 田忌 jadi Panglima dan Sun Bin jadi Penasehat Militer yang duduk dalam kereta, sebagai pengatur strategi tanpa menonjolkan nama. Saat pasukan bergerak menuju Han Dan, dicegah oleh Sun Bin. Pasukan di Han Dan bukanlah tandingan pasukan Negeri Wei. Saat kita tiba disana, kota tersebut pasti telah ditaklukkan. Lebih baik kita menuju pertengahan jalan dan menyebarkan berita akan menyerang Xiang Ling 襄陵. Pang Juan pasti akan menarik pasukannya.

Saat itu pasukan Pang Juan telah berhasil mengurung Kota Han Dan. Penjaga Han Dan terpaksa menyerah. Pang Juan mengirimkan berita kemenangan, melaporkan kepada Raja Negeri Wei. Ketika pasukan diperintahkan maju, tiba-tiba diterima kabar bahwa Negeri Qi dengan Jendral Tian Ji memimpin pasukan untuk menyerang Kota Xiang Ling. Pang Juan menjadi kaget. Sebab bila Xiang Ling jatuh ke tangan musuh, maka Ibukota Negeri Wei berada dalam bahaya besar. Oleh karena itu ia menarik pasukan mundur kembali ke Negeri Wei. Mendekati Kota Gui Ling 桂陵, mereka telah berjumpa dengan Pasukan Qi, yang mana sesuai dengan prediksi dugaan Sun Bin, bahwa Pasukan Wei pasti akan mundur. Maka telah disiapkan pasukan untuk menghadang dengan mengutus Wakil Jendral Yuan Da 袁达, yang  hanya dengan 3000 orang pasukan untuk menantang perang berjuang dengan Jendral Pang Cong 庞葱 (keponakan Pang Juan),  sebagai Pimpinan Pasukan Depan Negeri Wei. Setelah pertempuran sejenak, Jendral Yuan Da pura-pura kalah dan melarikan diri. Pang Cong tidak berani mengejar karena curiga atas jebakan musuh. Maka ia pun kembali melapor kepada Pang Juan selaku Pimpinan Pasukan. Pang Juan dengan marah berujar, “Anak buahnya saja tidak dapat kamu tangkap. Bagaimana mungkin menangkap Tian Ji selaku Pimpinan Pasukan Musuh?” Maka dikerahkan seluruh pasukan untuk melakukan pengejaran secara serentak. Ketika mendekati Kota Gui Ling, Pasukan Qi telah menanti, berbaris rapi dalam formasi tempur. Pang Juan menaiki kereta perang mengamati dari dekat. Ternyata formasi tersebut adalah Dian Dao Ba Men Zhen 颠倒八门阵, yaitu formasi tempur yang diatur oleh Sun Bin ketika pertama kali memaparkan formasi tempur di depan Raja Wei Hui Wang. Pang Juan jadi berpikir, “Bagaimana mungkin Tian Ji dapat mengusai formasi yang demikian? Apakah Sun Bin ada di Negeri Qi?”  Nampak dari kejauhan bendera komando bertulisan Tian dan sebuah kereta perang meluncur ke depan dengan Panglima Perang yang berdiri sambil memegang tombak berseru, “Pimpinan Tentara Wei harap maju ke depan!” Maka Pang Juan pun maju dan berbicara kepada Tian Ji, “Antara Negeri Qi dan Negeri Wei sejauh ini telah terjalin persahabatan. Kalaupun terjadi perperangan antara Negeri Wei dan Negeri Zhao, mengapa Negeri Qi turut campur? Apa sengaja mencari permusuhan?” Tian Ji pun menjawab, “Negeri Zhao mempersembahkan wilayah Zhong Shan 中山 kepada Negeri Qi untuk mohon bantuan tentara karena diserang oleh Negeri Wei, sehingga Raja Qi memerintahkan pasukan dikerahkan untuk membantu. Bila Negeri Wei juga menyerahkan wilayah beberapa kota ke Negeri Qi, maka pasukan kami siap mundur”. Pang Juan menjadi marah mendengarnya dan berkata, “Apakah kamu memiliki kemampuan untuk melawan kami?” Tian Ji pun menjawab, “Jelas kami memiliki kemampuan. Lihatlah formasi tempur yang telah kami persiapkan. Apakah kamu dapat mengenalinya?” Pang Juan menjawab, “Ini adalah Formasi Tempur Dian Dao Ba Men Zhen. Formasi tempur yang telah saya pelajari dari Guru saya di Gui Gu 鬼谷. Kamu diam-diam mencuri satu dua bagian, mengapa balik bertanya kepada saya? Sok tahu saja. Di negeriku anak kecil pun tahu”. Tian Ji pun menjawab, “Kalau kamu benar-benar tahu, beranikah kamu menyerang?” “Siapa takut?”, pikir Pang Juan. Maka ia pun memerintahkan Pang Ying 庞荧, Pang Cong, dan Pang Mao 庞茅. Masing-masing memimpin kelompok pasukan yang telah dipecah menjadi 3 bagian. Sedangkan Pang Juan sendiri memimpin pasukan utama menyerang dari depan. Karena ia masi ingat penjelasan Sun Bin bahwa formasi tempur tersebut bila diserang akan berubah menjadi Chang She Zhen 长蛇阵, Formasi Ular Panjang. Kalau diserang bagian kepala, maka akan dibantu bagian ekor. Kalau menyerang bagian ekor, akan dibantu bagian kepala. Kalau diserang bagian badan, maka akan dibantu bagian kepala dan bagian ekor. “Saya menyerang dari depan. Begitu formasi tempur berubah, kalian ketiga kelompok pasukan serentak menyerang bagian kepala, badan, dan ekor. Sehingga mereka tidak bisa saling mendukung”. Pang Juan begitu mendekati formasi tempur, nampaklah perubahan formasi yang menyerupai ular panjang. Saat ketiga kelompok pasukan pendukung menyerang dari tiga arah yang berlainan, formasi berubah lagi menjadi segi delapan. Nampak pasukan menghadang dari 8 penjuru. Bendera tempur berkibar dan berputar diiringi suara gendang yang bertalu-talu, serta teriakan pasukan dalam formasi yang sahut-menyahut. Pasukan Pang Juan dan tiga kelompok pasukan pendukung menjadi kebingungan. Tidak lagi tahu arah utara-selatan. Hanya terobos sana-sini. Pasukan 20.000 orang lebih yang menyerang formasi tempur tidak tersisa, apalagi nampak bendera pimpinan formasi tempur bertulisan Sun . Pang Juan pun lari terbirit-birit. Ia masi beruntung berhasil lolos keluar dari formasi tempur dengan disertai beberapa orang pengikut saja. Sedangkan keponakannya, Pang Mao, gugur dalam pertempuan. Pang Juan yang berhasil menyelamatkan diri terpaksa kembali ke Negeri Wei dengan sisa pasukan yang ada. Peristiwa tersebut terjadi pada masa Raja Dinasti Zhou yaitu Zhou Xian Wang 周显王, yang memerintah pada tahun ke-17 (tahun 352 Sebelum Masehi).

Dugaan bahwa Sun Bin berada di Negeri Qi membuat Pang Juan tidak berani berkutik. Ia diam-diam mengutus mata-mata untuk mengamati, mencari celah, dan menjalankan tipu muslihat yang licik guna menyingkirkan Sun Bin yang dianggap sebagai duri dalam daging. Dan kesempatan pun  datang. Karena keberhasilan menang dalam pertempuran di Gui Ling dan memperluas wilayah kekuasaan Negeri Qi, negeri-negeri tetangga makin menaruh rasa segan dan hormat kepada Raja Qi Wei Wang. Raja pun makin menaruh perhatian kepada Tian Ji dan Sun Bin. Tian Ji diangkat sebagai Panglima Perang dan Sun Bin sebagai Penasehat Militer. Hal ini mengundang rasa iri dan waswas Perdana Menteri Negeri Qi yang bernama Zou Ji 驺忌, karena khawatir kedudukannya terancam. Maka Pang Juan pun mengirimkan utusan untuk menyuap Perdana Menteri Qi dan memberikan dukungan dana agar dapat menyingkirkan Sun Bin, yaitu dengan menyebar siasat adu domba dan fitnah bahwa Tian Ji dan Sun Bin yang memegang kekuasaan militer akan memberontak dengan bukti kuat ahli nujum yang berhasil membaca ramalan kejadian yang akan datang yang dihadapkan pada Raja Qi Wei Wang. Raja jadi ketakutan dan percaya saja pada ramalan palsu, maka mengutus orang untuk mangawasi tindak-tanduk Tian Ji dan Sun Bin. Mengetahui dirinya tidak dipercaya lagi dan diawasi ketat, maka Tian Ji pun meletakkan jabatan selaku Panglima Perang dengan alasan badan kurang sehat. Ia pensiun pulang kampung. Demikian pula Sun Bin, juga meletakkan jabatan selaku Penasehat Militer.

Tahun berikutnya Raja Qi Wei Wang mangkat dan digantikan oleh anaknya, Qi Xuan Wang 齐宣王 (342 – 323 Sebelum Masehi). Qi Xuan Wang sewaktu menjadi Putra Mahkota telah banyak berguru kepada Sun Bin. Ia mengambil keputusan untuk mengangkat kembali Tian Ji sebagai Panglima Perang dan Sun Bin sebagai Penasehat Militer. Hal tersebut belum diketahui oleh Pang Juan yang merasa gembira karena Tian Ji dan Sun Bin telah tidak dipakai di Negeri Qi. “Sekaranglah saatnya saya dapat merajalela menguasai empat penjuru negeri”, ujar Pang Juan. Maka ia pun mengusulkan kepada Raja agar menyerang Negeri Han agar dapat  memperluas wilayah kekuasaan Negeri Wei. Maka Raja Wei pun merestui. Pasukan dipimpin oleh Pang Juan selaku Panglima Perang menyerang Negeri Han. Raja Muda Negeri Han memohon bantuan kepada Negeri Qi, maka Raja Qi Xuan Wang mengadakan sidang di Istana Negara. Raja bertanya, “Menolong Negeri Han atau tidak? Perlu pertimbangan dengan seksama”. Perdana Menteri Negeri Qi, Zou Ji, yang telah menerima suap dari Negeri Wei menjawab, “Urusan perang antara Han dan Wei adalah urusan mereka. Kita tidak perlu ikut campur”. Panglima Perang Tian Ji dan anaknya, Jendral Tian Ying 田婴 berpendapat sama, bahwa Negeri Han perlu ditolong, karena bila Negeri Wei dapat menguasai Negeri Han, maka yang jadi sasaran berikutnya tentulah Negeri Qi. “Negeri kita dalam bahaya bila tidak dicegah sedini mungkin”. Pejabat yang lain pun ada yang pro dan ada juga yang kontra. Banyaknya pendapat membuat Raja menjadi bingung. Hanya Penasehat Militer Sun Bin yang tidak bersuara. Raja Qi Xuan Wang pun jadi penasaran dan bertanya kepada Sun Bin, “Penasehat dari tadi kok diam saja? Bantu Han atau tidak? Kedua-duanya salah”. Sun Bin pun menjawab,”Ya, bantu atau tidak, kedua-duanya salah! Negeri Wei merasa dirinya kuat, selalu ingin menyerang negeri lain untuk memperebutkan wilayah. Kalau sampai pada waktunya, kita Negeri Qi pun akan diserang. Kalau kita tidak menolong Negeri Han maka Negeri Wei akan diuntungkan dan akan merajaalela. Oleh karena itu, tidak menolong Negeri Han adalah kesalahan besar. Sebaliknya kalau kita menolong Negeri Han, maka Negeri Han tidak akan menderita kerugian apa-apa. Justru kita yang akan menderita kerugian karena langsung berhadapan dengan musuh pasukan Negeri Wei. Oleh karena itu, menolong Negeri Han adalah termasuk kesalahan besar juga. Maka menurut pendapat saya, sebaiknya mengabulkan permintaan pertolongan dari Raja Han. Negeri Han tahu bahwa akan memperoleh bantuan dari Negeri Qi, maka akan mati-matian melawan Negeri Wei. Kita tunggu saat Pasukan Wei lelah, barulah mengirim pasukan menyerang Negeri Wei. Menyerang Negeri Wei berarti menolong Negeri Han juga. Bukankah ini jauh lebih baik daripada kedua alternatif yang ada?’ Raja Qi pun dibuat terkagum-kagum. Maka utusan Negeri Han pun kembali menyampaikan berita gembira bahwa bantuan Negeri Qi akan segera tiba. Tapi kenyataannya, sampai kalah dalam lima kali pertempuran pasukan Negeri Qi tak kunjung datang. Maka dikirim lagi utusan untuk mohon bantuan ke Negeri Qi. Maka Raja Qi mengutus Tian Ji selaku Panglima Perang, Tian Ying selaku Wakil, dan Sun Bin selaku Penasehat Militer, memimpin 500 kereta perang untuk menolong Negeri Han. Sampai di perbatasan, arah dibelokkan. Tian Ji menjadi heran, “Mengapa kok menuju Negeri Wei? Bukankah kita akan menolong Negeri Han?” Sun Bin pun menjawab, “Justru untuk menolong Han, kita menyerang Ibukota Negeri Wei”. Maka Tian Ji pun mengerahkan pasukan menyerang Ibukota Negeri Wei.

Pang Juan telah memenangkan beberapa kali pertempuran dan Tentara Han terdesak mundur. Ketika hampir mendekati Xin Du 新都 (Ibukota Negeri Han), tiba-tiba Pang Juan mendapat peringatan bahaya, “Pasukan Qi telah memasuki wilayah Negeri Wei! Panglima harap segera kembali dengan segenap pasukan”. Pang Juan pun menjadi sangat kaget dan segera menarik pasukan kembali ke Negeri Wei. Sun Bin tahu Pasukan Wei akan segera tiba, maka menjalankan siasat pura-pura lemah, yang mana sesuai dengan keadaan Pasukan Wei yang lagi berapi-api dan menggangap remeh Pasukan Qi, yang sesuai dengan tabiat Pang Juan yang sombong. Sun Bin pun memerintahkan membuat 100.000 tungku untuk malam pertama dan bekata, “Selanjutnya dikurangi setiap harinya, sehingga musuh mengira kita takut, sehingga mereka makin sombong dan payah, sehingga lengah”. Ketika pasukan Pang Juan hampir tiba di wilayah Negeri Wei, ternyata Pasukan Qi telah pergi. Bekas tanah perkemahan pasukan Qi cukup luas. Ketika tungku dihitung, tidak kurang dari 100.000 tungku. Pang Juan pun kaget, tak disangkanya Pasukan Qi sedemikian banyaknya, sehingga ia berkata, “Kita harus lebih waspada”. Maka Pasukan Wei pun dikerahkan untuk mengejar. Keesokan harinya tibalah di tempat bekas perkemahan tentara Qi. Dari tungku yang ditinggalkan, dihitung ada sekitar 50.000 tungku. Hari berikutnya tungku tinggal 30.000 buah. Pang Juan pun jadi amat percaya diri berujar, ”Kali ini adalah keberuntungan Raja Wei”. Putra Mahkota atau putra sulung Raja Wei yang menyertai pasukan sebagai Wakil Panglima, Tai Zi Shen 太子申, memperingatkan, “Pasukan Qi penuh tipu muslihat, hendaknya jendral lebih berhati-hati”. Pang Juan menjawab, “Saya berani memastikan Orang Qi semuanya penakut. Lihatlah baru 3 hari, pasukannya telah lebih dari setengah yang melarikan diri. Kita kejar. Sekarang kesempatan baik menangkap Tian Ji hidup-hidup untuk membalas kekalahan di Jia Ling”. Pang Juan langsung memerintahkan memilih 20.000 tentara sebagai pasukan inti yang dibagi atas 2 kelompok. Sedangkan pasukan infantri yang tersisa dimpimpin oleh Pang Cong menyusul di belakang. Petugas pengintai yang ditebar oleh Sun Bin melaporkan bahwa Tentara Wei telah melewati Sha Lu Shan 沙鹿山, bergerak cepat siang malam, tidak berenti, agar segera dapat mengejar Pasukan Qi. Sun Bin memeperhitungkan waktu senja hari Pasukan Wei akan tiba di Daerah Ma Ling 马陵. Daerah Ma Ling adalah lembah diantara 2 gunung, sangat strategis untuk jebakan. Sepanjang jalan setapak banyak pepohonan. Maka Sun Bin memerintahkan agar pohon semua ditebang berserakan sepanjang jalan, hanya sisa satu batang pohon besar di tempat yang mudah dilihat. Lalu mempersiapkan 50.000 orang pasukan panah tersebar di kanan-kiri pohon besar. “Asal lihat sinar api, segeralah lepaskan anak panah”, begitu perintahnya. Sedangkan Wakil Panglima Perang Tian Ying diperintahkan memimpin10.000 pasukan dan siap di tempat yang berjarak 3 km dari Ma Ling. “Begitu Tentara Wei lewat, segeralah menyerang dari belakang”, perintahnya. Sedangkan Sun Bin dan Tian Ji mengamati dari kejauhan. Sementara itu, Pang Juan yang memperoleh informasi bahwa Pasukan Qi yang melarikan diri tidak jauh di depan, mempercepat pasukannya tiba di Daerah Ma Ling. Persis senja hari menjelang matahari terbenam, saat itu di akhir bulan ke-10, bulan pun tidak bersinar terang. Adanya laporan bahwa banyak pohon tumbang yang melintang disepanjang jalan membuat Pang Juan berpikir bahwa inilah ketakutan pasukan Qi yang ingin menghambat jalan pasukannya. Maka diperintahkan agar menyingkirkan rintangan pohon-pohon. Kemudian ada laporan bahwa di pohon besar terdapat tulisan pada kayu pohon yang kulitnya telah dikupas. Maka diperintahkan beberapa tentara menyalakan obor dan Pang Juan mendekat membaca tulisan di batang pohon. Alangkah kagetnya Pang Juan, karena tulisan di pohon berbunyi, “Pang Juan mati di sini”. Maka diperintahkan, “Mundur segera!” Begitu Pang Juan berteriak, bersama ketika itu Pasukan Qi yang telah siap dengan panah melihat cahaya terang obor yang dinyalakan dan segera melepas anak panah secara serentak, maka Pang Juan dan Pang Yin beserta pasukannya pun mati terpanah (Kitab Meng Zi  jilid IA ayat 5).

Pang Juan saat meninggalkan Gui Gu, gurunya telah berpesan, “Janganlah mencelakakan orang,  karena akhirnya dirimulah yang celaka”. Pang Juan dengan siasat membuat surat palsu dan menfitnah Sun Bin justru sebaliknya dikerjai oleh Sun Bin, sebagai pembalasaan yang setimpal. Masa kejayaan 12 tahun sesuai dengan jumlah Bunga Ma Dou Ling 马兜铃 yang dipetiknya, ketemu kambing jaya, jumpa kuda binasa. Tempat Pang Juan mati adalah Ma Ling 马陵 yang berarti Bukit Kuda. Mati oleh ribuan anak panah adalah sesuai dengan sumpah yang diucapkan ketika turun gunung diantar oleh Sun Bin. Waktu 12 tahun yaitu dari tahun 352 - 341 Sebelum Masehi, sesuai dengan urutan dari  Shi Er Sheng Xiao 十二生肖, yaitu kambing, kera, ayam, anjing, babi, tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, dan kuda. Putra Mahkota Kerajaan Wei, Tai Zi Zhen, yang bertindak selaku Wakil Panglima Perang memimpin pasukan cadangan selaku pasukan pendukung yang berjalan di belakang menjadi kaget luar biasa. Karena Pasukan Wei yang berjalan di depan lari pontang-panting balik arah, bersamaan dengan serbuan Pasukan Qi yang dipimpin oleh Tian Ying. Maka Tai Zi Zhen pun berhasil ditawan, karena Pasukan Wei telah kacau balau tanpa perlawanan. Oleh Pasukan Qi, kepala Pang Juan dipenggal, dan Pasukan Wei semuanya menyerah setelah melihat kepala Pang Juan. Panglima perangnya telah terbunuh, termasuk Wakil Panglima Tai Zi Zhen bunuh diri. Sedangkan Pang Cong menyerah dan mohon ampun. Ketika hendak dieksekusi oleh Tian Ji, Sun Bin pun dengan penuh bijaksana menganjurkan untuk diampuni nyawanya, karena yang berbuat sesat adalah Pang Juan. Dan jenazah Putra Mahkota Tai Zi Zhen dan Pang Yin dititipkan kepada Pang Cong agar dibawa kembali ke Negeri Wei, serta melaporkan kepada Raja Negeri Wei agar mengakui takluk dan mengirimkan upeti ke Negeri Qi. Raja Negeri Qi sangat berterimakasih kepada pasukan yang telah memenangkan perang di Ma Ling dan semua dianugerahi kedudukan.  Perdana Menteri Negeri Qi, Zou Ji, merasa berdosa telah menfitnah orang baik. Takut kedoknya terbongkar, dengan legawa mengundurkan diri. maka Tian Ji pun diangkat sebagai Perdana Menteri dan Tian Ying diangkat sebagai Panglima Perang. Sun Bin ketika diangkat sebagai Pembesar terpaksa menolak, memilih untuk mengundurkan diri, tinggal di pedesaan. Sebelum berpisah, Sun Bin menyerahkan Sun Wu Bing Fa 孙武兵法, 13 jilid. Kejadian tersebut adalah ketika Raja Dinasti Zhou , yaitu Zhou Xian Wang 周显王 memerintah tahun ke 28 atau 341 Sebelum Masehi.



Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar