Selasa, 11 Januari 2011

KEBERSAMAAN AGUNG


Mimbar Agama Khonghucu
Dahulu kala ketika Nabi Kong Zi menghadiri Upacara Zha (Sembahyang Syukur Tutup Tahun), setelah selesai upacara, Beliau keluar berjalan-jalan diatas teras dekat mimbar, melihat dengan sedih dan menarik napas, karena Negeri Lu sangat memprihatinkan. Salah seorang murid beliau yang bernama Yan Yan yang berada  disamping beliau bertanya, “Mengapa Guru mengeluh?” Nabi Kong Zi bersabda: “Terselenggaranya Jalan Suci Yang Agung dan betapa kejayaan Tiga Dinasti itu, Aku kini belum melihatnya, hanya pikiran selalu mengenangnya. Bila terselenggara Jalan Suci Yang Agung itu, dunia dibawah langit ini di dalam kebersamaan, dipilih orang yang bijak dan mampu, kata-katanya dapat dipercaya, apa yang dibangun, dikerjakan harmonis. Orang tidak hanya kepada orang tua sendiri hormat dan mengasihi sebagai orang tuanya, tidak hanya kepada anak sendiri menyayanginya sebagai anak, menyiapkan bagi yang tua tenteram melewatkan hari tua sampai akhir hayatnya. Bagi yang muda dan sehat memperoleh kesempatan berpahala dan bagi anak-anak serta remaja memperoleh pengasuhan, kepada para janda, duda, yatim-piatu, yang sebatang kara, dan juga yang sakit, semuanya mendapatkan perawatan. Yang pria dewasa memperoleh pekerjaan yang tepat, yang perempuan memiliki rumah tempatnya pulang. Barang-barang berharga tidak dibiarkan tercampak di tanah, tetapi juga tidak untuk disimpan hanya bagi diri sendiri. Orang tidak suka tidak menggunakan tenaga/kemampuannya, tetapi tidak hanya untuk diri sendiri, maka segala upaya yang mementingkan diri sendiri tertekan dan tidak dibiarkan berkembang. Perampok, pencuri, pengacau, dan pengkhianat menghentikan perbuatannya. Maka pintu gerbang luarpun tidak perlu ditutup. Demikianlah dinamai Kebersamaan Agung (Kitab Catatan Kesusilaan Tata Ibadah Jilid VII bagian I ayat 1 dan 2).
Nabi Kong Zi berkesempatan mewujudkan cita-cita yang mulia Kebersamaan Agung bagi penduduk Negeri Lu saat beliau menjabat Menteri Kehakiman dan merangkap jabatan sebagai Perdana Menteri Negeri Lu. Hanya dalam waktu 3 bulan lamanya, Negeri Lu mencapai kemajuan yang luar biasa. Semua berdasarkan ajaran Agama dan Moral Khonghucu, sehingga mampu mewujudkan Kebersamaan Agung.
Sebaliknya Negeri Tetangga Qi menjadi iri dan kuatir, karena Negeri Lu mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat, stabilitas politik dan keamanan. Para hakim dan jaksa santai karena tidak ada yang berperkara, penjara kosong tidak berpenghuni. Maka atas prakarsa Li Chu salah seorang Pembesar Negeri Qi, dikirimkan 80 orang penari yang cantik sebagai persembahan kepada Lu Ding Gong, Raja Muda Negeri Lu (tahun 509 – 495 SM). Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 496 SM. Akibatnya Raja Muda Negeri Lu, Lu Ding Gong, dan para pembesar larut dalam pesta pora setiap hari. Bahkan pernah tiga hari berturut-turut sidang di istana ditiadakan dan tidak melakukan sembahyang.
Nabi Kong Zi melihat keadaan yang runyam ini dan menyadari bahwa Kebersamaan Agung yang telah terbina susah untuk dipertahankan, sehingga meninggalkan Negeri Lu mengembara ke empat penjuru negeri menyebarkan ajaran dan mewartakan Firman Tuhan selama 13 tahun lamanya, yang mana banyak pengikut dari empat penjuru negeri. Dengan penuh kerendahan hati Nabi Kong Zi bersabda, “Aku hanya meneruskan, tidak mencipta. Aku sangat menaruh percaya dan suka kepada ajaran dan kitab-kitab yang kuno itu” (Sabda Suci Jilid VII ayat 1).
Guna mewujudkan dan membina Kebersamaan Agung, bagi setiap insan Umat Khonghucu wajib membina diri, sesuai dengan Firman Tuhan dan benih-benih kebajikan yang ada dalam diri tiap insan. Dengan menekuni ajaran agama dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Senantiasa membina hubungan yang harmonis dengan sesama, menghayati di empat penjuru lautan semua manusia adalah saudara.
Sesungguhnya bukanlah hal yang sulit, sebagai contoh, tidak membuang sampah sembarangan, apalagi membuang sampah ke dalam saluran air. Mencegah eksploitasi alam yang berlebihan, penggundulan hutan, yang mana mengakibatkan banjir bandang, tanah longsor, dan bencana bagi masyarakat. Ataupun corat-coret tembok, guna kepentingan individu sampai merusak fasilitas umum, yang kadang-kadang hanya perbuatan iseng, tidaklah berpikir bahwa orang lain juga memerlukannya. Sopan santun dan tertib berlalu lintas, sehingga tidak menimbulkan kemacetan di jalan raya, yang jelas merugikan pengguna jalan termasuk diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar