Selasa, 11 Januari 2011

JING HAO PENG – SEMBAHYANG REBUTAN


Setiap tahun diakhir bulan VII Imlek, umat Khonghucu mengadakan Upacara Jing Hao Peng – Sembahyang Rebutan. Untuk tahun ini jatuh pada hari Kamis, 17 September 2009.
Secara etimologi, Jing Hao Peng yang terdiri atas kata Jing berarti menghormati, sedangkan Hao Peng atau lengkapnya Hao Peng You artinya sahabat baik, suatu istilah atau sebutan kehormatan bagi para arwah umum. Ritual tersebut lazim disebut King Ho Peng (lafal Hokkian) atau Sembahyang Rebutan yang menjadi sebutan yang populer karena suatu ketika saat usai memanjatkan doa, para arwah merasuki tubuh umat yang bersembahyang serentak memperebutkan sesajian yang ada.
Tuhan menciptakan manusia, menjadikan mahluk hidup yang paling sempurna di dunia, memiliki akal budi, yang mana mampu berpikir, berbicara dan berbudaya, dengan ilmu pengetahuan mengembangkan benih-benih kebajikan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Berbeda dengan mahluk hidup yang lain karena manusia di satu sisi dikaruniai nyawa (Gui) yang mendukung dan menjadikan manusia memiliki hidup jasmaniah seperti yang dimiliki oleh mahluk lain yang bersifat hewani, antara lain nafsu, naluri, dan dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup jasmani. Selain itu manusia juga dikaruniai roh (Shen) yang menjadikan semangat dalam menjalani kehidupan rohani sebagai lahan berkembangnya benih-benih kebajikan karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Hal tersebut tersurat dalam Kitab Yi Jing bagian He Shu (Kitab Perubahan/Kejadian Alam Semesta). “Dengan menengadah memeriksa kecemerlangan tanah-tanah dilangit, menunduk memeriksa hukum-hukum dan hal-hal yang berkaitan dengan bumi, maka Nabi memahami sebab daripada gelap dan terang, melacak semua asal muasal dan akhir pulangnya, maka dapat dipahami tentang hidup dan mati, betapa sari dan semangat menjadikan benda dan mahluk dan bagaimana mengembaranya arwah menjadikan perubahan”. Demikianlah dapat diketahui bagaimana sifat hakekat daripada Gui Shen (nyawa dan roh).
Jing Hao Peng atau Sembahyang Rebutan memiliki peran dan arti yang berbeda dengan Sembahyang Qi Yue Ban atau Zhong Yuan Jie (Sembahyang pertengahan bulan ke VII, yaitu bulan VII tanggal 15 Imlek), yang mana pada hari tersebut dilakukan upacara pada masing-masing keluarga guna menyampaikan penghormatan dan sesajian bagi leluhur masing-masing, dapat dilakukan di masing-masing rumah atau kelenteng keluarga. Sedangkan Jing Hao Peng atau Sembahyang Rebutan yang dilakukan pada hari terakhir bulan VII Imlek lebih ditekankan pada arwah umum. Menurut kepercayaan dan tradisi yang berkembang bahwa tiap tahun bulan ke VII Imlek adalah saat terbukanya pintu neraka.
Para arwah terutama arwah penasaran banyak yang datang ke dunia guna memperoleh bantuan manusia guna meringankan dosa-dosanya sehingga mendapatkan tempat yang layak bagi peristirahatan yang tentram, mencapai hentian mulia, oleh karena itu serangkaian ritual Sembahyang Jing Hao Peng atau Sembahyang Rebutan bertujuan menjauhkan umat manusia dari malapetaka godaan setan, nafsu iblis, tidak menjalin kerjasama atau kolusi dengan arwah gentayangan guna mencapai sesuatu, terutama sesuatu yang diluar kategori akal sehat. Oleh karena itu segala sesajian yang disampaikan, antara lain, nasi tumpeng yang bertuliskan nama marga, simbol bendera, berbagai masakan, buah-buahan, dan aneka kue dan hidangan, disertai dengan niat yang tulus dan penghayatan dapatlah membawakan damai di dunia.
Nabi Kong Zi bersabda: Semangat/Qi itulah perwujudan tentang adanya roh. Kehidupan jasad itulah perwujudan tentang adanya nyawa. Bersatu harmonisnya nyawa dan roh, itulah tujuan pengajaran agama. Semua yang dilahirkan/tumbuh mesti mengalami kematian. Untuk yang mati itu mesti berpulang kepada tanah (bumi) inilah yang berkaitan dengan nyawa. Semangat/Qi itu mengembang naik ke atas, memancar cemerlang diantar semerbak wangi bau dupa, itulah sari beratus benda dan mahluk, inilah kenyataan daripada roh (Kitab Li Ji/Ibadah jilid XXIV ayat 13).
Setelah manusia menunaikan kewajiban hidupnya di dunia, kembali ke haribaan Tuhan, maka roh telah mencapai hentian mulia. Sedangkan bagi arwah penasaran atau roh yang tanpa ahli waris ataupun ditelantarkan oleh keturunannya, maka menjadi kewajiban Umat Khonghucu dalam Ritual Sembahyang Jing Hao Peng untuk menghantar kembali ke alamnya mencapai hentian mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar